Ilustrasi rokok elektrik. Dok Freepik
Health

Kurangi Angka Prevalensi Merokok di RI, Ilmuan Beri Rekomendasi

Rio Sandy Pradana
Kamis, 25 Juli 2024 - 12:05
Bagikan

Bisnis.com, JAKARTA - Upaya menurunkan angka prevalensi merokok bisa dilakukan melalui pemanfaatan produk tembakau alternatif yang dinilai memiliki profil risiko yang lebih rendah.

Asia Pacific Harm Reduction Forum (APHRF) 2024 menyebut hasil kajian ilmiah di dalam dan luar negeri yang telah membuktikan produk tembakau alternatif, seperti rokok elektronik (vape), produk tembakau yang dipanaskan, dan kantong nikotin memiliki profil risiko yang lebih rendah ketimbang rokok yang dibakar.

Praktisi kesehatan dari TNI AL Dr. Mintohardjo, Kolonel Laut (K) Yun Mukmin Akbar menyebut kalangan militer juga menaruh perhatian soal prevalensi merokok.

“Prevalensi merokok lebih tinggi pada usia muda dan pangkat lebih rendah. Tingkat merokok lebih tinggi di kalangan personil laki-laki,” kata Yun Mukmim dalam keterangannya, Rabu (24/7/2024).

Dia mencontohkan sekitar 30% personel militer aktif di Amerika Serikat dilaporkan merokok, dengan tingkat paling tinggi pada Angkatan Darat dan Korps Marinir. Adapun, Inggris memiliki 25% personel militer yang merokok.

Yun Mukmin menyebut dunia militer sudah mulai menerapkan konsep pengurangan risiko untuk menekan prevalensi merokok. Ada tiga strategi intervensi yang dilakukan.

Pertama, program berhenti merokok komprehensif dengan memberikan akses konseling dan terapi pengganti nikotin. Kedua, kebijakan bebas asap rokok di instalasi militer. Terakhir, kampanye pendidikan melalui program sadar risiko kesehatan akibat merokok serta promosi budaya bebas rokok.

Sementara itu, peneliti dari Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Padjadjaran, Amaliya mengusulkan pemanfaatan produk tembakau alternatif sebagai salah satu strategi untuk menurunkan prevalensi merokok di Indonesia.

Menurutnya, produk tersebut telah teruji secara kajian ilmiah menerapkan konsep pengurangan risiko sehingga mampu meminimalkan zat-zat berbahaya. Hal itu dibuktikan dengan studi klinis yang dilakukan Universitas Padjadjaran bertajuk ‘Nikotin dan Respon Gusi Pada Pengguna Vape vs Perokok Saat Mengalami Peradangan Gusi Buatan’ yang dipublikasikan pada 2021.

“Hasil studi klinis tersebut memberikan bukti ilmiah bahwa produk tembakau alternatif berhasil menerapkan pengurangan risiko karena terjadi penurunan profil risiko,” ujarnya.

Pemerintah, lanjutnya, perlu bersikap terbuka agar dapat memanfaatkan produk ini untuk menurunkan prevalensi merokok khususnya di kalangan perokok dewasa sehingga terjadi perbaikan kualitas kesehatan.

Bagikan

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terkini

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Terpopuler

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro