Garam Rendah Natrium Cegah 1,5 juta Kasus Penyakit Kardiovaskular-Gagal Ginjal./Bloomberg
Health

Garam Rendah Natrium Cegah 1,5 juta Kasus Penyakit Kardiovaskular-Gagal Ginjal

Redaksi
Minggu, 16 Juni 2024 - 12:15
Bagikan

Bisnis.com, JAKARTA – Makanan di Indonesia terkenal mempunyai cita rasa gurih dan asin yang didominasi kandungan garam.

Hal ini menyebabkan banyak masyarakat Indonesia terserang berbagai macam penyakit sehingga para dokter menyarankan untuk menggunakan garam rendah natrium dan kalium.

Sebuah penelitian yang dilakukan oleh Griffith University menyebutkan banyak orang di Indonesia terserang hipertensi akibat kandungan garam dalam makanan yang cukup tinggi. Dr. Leopold Aminde penulis utama penelitian itu menjelaskan penggunaan garam di Indonesia mengandung 100% natrium klorida sehingga memicu hipertensi.

Menurutnya dengan mengganti garam rendah natrium dan kalium (LSSS) berpeluang besar meningkatkan kesehatan dan menekan biaya kesehatan di Indonesia.

“LSS terlihat mirip dengan garam meja dan penelitian menunjukan bahwa LSSS memiliki rasa yang serupa dan beberapa konsumen tidak dapat memberikan kedua pilihan tersebut,” kata Leopold, dikutip dari Griffith University pada Minggu (16/6/2024).

“Pada akhirnya ini akan mengurangi pengeluaran kesehatan US$2 miliar| IDR 27,7 triliun | selama 10 tahun, sehingga memberikan langkah penghematan biaya yang sangat dibutuhkan,” tambahnya.

Mengonsumsi garam LSSS, katanya, mengurangi angka penderita hipertensi, jantung, dan kardiovaskular. Penyakit tersebut termasuk penyebab utama tingginya angka kematian di Indonesia.

“Penelitian menunjukan bahwa ketersediaan LSSS akan memberikan dampak positif pada sistem kesehatan Indonesia dengan menurunkan tekanan darah, dan mencegah serangan jantung, stroke, dan penyakit ginjal,” jelas Leopold.

Hal senada juga disampaikan oleh Wahyu Nugraheni, Kepala Pusat Penelitian Kesehatan Masyarakat dan Gizi Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN). Wahyu memperkirakan penggunaan LSSS dalam 10 tahun penerapannya dapat mencegah hingga 1,5 juta kejadian penyakit kardiovaskular non-fatal dan mampu mengurangi 640.000 kasus yang berhubungan dengan penyakit ginjal kronis.

“LSSS adalah pilihan terbaik untuk membantu orang dengan mudah mengurangi natrium dalam makanan mereka,” kata Wahyu.

Alasan penggunaan LSSS karena masyarakat Indonesia cenderung menggunakan garam dengan kadar natrium tinggi terutama bagi kelompok masyarakat di berpenghasilan rendah.

“Manfaat kesehatan kemungkinan besar akan terlihat pada kelompok masyarakat berpenghasilan rendah,” pungkasnya.

Menurut World Population, rata-rata masyarakat Indonesia mengonsumsi garam 10.5-12.5 gram per harinya atau setara 10.500 sampai 12.500 miligram.

Hal itu bertolak belakang dengan anjuran Kementerian Kesehatan soal penggunaan garam sebanyak 2000 miligram atau setara 1 sendok teh, atau 5 gram per harinya. Bahkan direkomendasikan untuk menggunakan di bawah angka tersebut.

Oleh sebab itu, para peneliti berharap penelitian tersebut mampu mendorong pemerintah Indonesia dan negara lainnya dalam menggunakan garam LSSS untuk campuran makanan sehari-hari. (Muhammad Sulthon Sulung Kandiyas)

Penulis : Redaksi
Bagikan

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terkini

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Terpopuler

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro