Bisnis.com, JAKARTA - Dua orang perempuan mengalami penyakit paru-paru serius yang disebut sarkoidosis sistemik yang merupakan salah satu penyakit autoimun usai menjalani prosedur kosmetik microblading atau sulam alis.
Perempuan berusia 33 tahun itu, mengalami efek samping yang jarang terjadi.
Para dokter di Slovenia, untuk pertama kalinya membagikan rincian kasus ini, mendesak para ahli kecantikan untuk lebih transparan mengenai potensi risiko kesehatan yang terkait dengan microblading.
Para wanita tersebut mencari pertolongan medis setelah melihat “plak oranye-merah” yang tidak biasa di alis mereka. Mereka masing-masing mengalami gejala setahun dan enam tahun setelah melakukan prosedur microblading.
Hasil biospi keduanya mengonfirmasi bahwa kedua wanita tersebut menderita sarkoidosis, dan tes lebih lanjut mengungkapkan bahwa penyakit tersebut juga memengaruhi paru-paru dan kelenjar getah bening mereka.
Sarkoidosis sistemik adalah suatu kondisi autoimun di mana sistem kekebalan tubuh bereaksi berlebihan, membentuk nodul inflamasi yang disebut granuloma di berbagai organ, paling sering di paru-paru dan kelenjar getah bening.
Dr Manoj Goel, Direktur & Kepala Unit, Pulmonologi, Fortis Memorial Research Institute, Gurugram, mengatakan meskipun penyebab pasti sarkoidosis tidak diketahui, hal ini diyakini disebabkan oleh respons imun abnormal terhadap zat yang tidak diketahui.
"Hanya ada beberapa laporan, tapi kami membutuhkan lebih banyak bukti bahwa microblading menyebabkan sarkoidosis.".
Microblading biasanya dapat menyebabkan komplikasi seperti reaksi alergi, infeksi, jaringan parut. Penting untuk mempertimbangkan potensi manfaat dibandingkan risikonya dan berkonsultasi dengan profesional kesehatan sebelum mengambil keputusan.
Kondisi autoimun seperti sarkoidosis dapat berdampak signifikan terhadap kualitas hidup, menyebabkan gejala seperti kelelahan, sesak napas, batuk, ruam kulit, nyeri sendi, dan masalah mata.
“Meskipun tidak ada obat untuk sarkoidosis, pengobatan berfokus pada pengelolaan gejala dan mencegah komplikasi. Obat-obatan seperti kortikosteroid, imunosupresan, dan obat antiinflamasi sering kali digunakan untuk mengendalikan peradangan dan meringankan gejala,” kata Dr Goel dilansir dari The Express.
Kedua wanita tersebut merespons pengobatan dengan baik. Wanita pertama menerima steroid selama dua tahun, yang mengakibatkan hilangnya lesi kulit dan penurunan ("regresi") pertumbuhan paru-paru. Wanita kedua juga mengalami perbaikan dalam waktu satu tahun setelah pengobatan steroid.
Para dokter, yang menulis dalam Journal of Medical Case Reports, menyimpulkan bahwa microblading kemungkinan besar menjadi pemicu sarkoidosis dalam kasus-kasus ini. Mereka menekankan pentingnya memberi tahu para profesional medis dan ahli kecantikan yang menawarkan microblading tentang kemungkinan kaitan ini.
“Meskipun ini merupakan efek samping yang jarang terjadi,” kata mereka, “pasien harus disadarkan sepenuhnya akan risiko ini sebelum menjalani prosedur.”