Bisnis.com, JAKARTA - Kasus cacar monyet di Indonesia terus bertambah. Kemenkes mencatat saat ini jumlahnya mencapai 34 kasus.
Penularannya juga terhitung sangat cepat. Virus yang semula menular dari hewan ke hewan dan hewan ke manusia itu, kini sudah menular dari manusia ke manusia.
Dilansir dari sciencealert, virus cacar monyet telah berpindah dari manusia ke manusia setidaknya sejak tahun 2016, menurut hasil kerja tim ilmuwan internasional.
Penelitian yang dipimpin oleh ahli epidemiologi Áine O'Toole dari Universitas Edinburgh telah menemukan bukti "penularan berkelanjutan pada manusia" di luar negara-negara Afrika yang diketahui memiliki reservoir virus mpox.
Temuan ini menghadirkan “pergeseran mendasar” dalam cara para ahli memahami penyebaran virus ini, kata O'Toole dan rekannya. Mereka juga menyoroti perlunya penyampaian pesan publik baru seputar manajemen dan pengendalian wabah.
Mpox pertama kali diidentifikasi oleh para ilmuwan pada tahun 1950an ketika penyakit aneh menimpa sekelompok monyet peneliti di Denmark.
Kemudian, pada tahun 1970an, kasus pertama pada manusia dilaporkan secara resmi pada bayi di Republik Demokratik Kongo.
Selama beberapa dekade, penularan dari manusia ke manusia jarang terjadi. Kebanyakan penderita mpox pada manusia tertular virus dari berbagai mamalia di Afrika tengah, timur, dan barat (walaupun sumber asli virusnya masih belum diketahui).
Kemudian, pada tahun 2017, wabah mpox melanda Nigeria dan pada tahun 2022 menyebar ke tingkat internasional untuk pertama kalinya.
Ketika para peneliti mengurutkan genom dari kasus-kasus mpox global pertama tersebut, mereka mengidentifikasi garis keturunan virus yang disebut clade IIb, yang sangat jarang berakibat fatal, meskipun tingkat keparahannya jauh lebih buruk bagi mereka yang sistem kekebalannya lemah.
Garis keturunan yang tersebar secara global ini tampak berbeda dengan strain endemik lainnya di Afrika, dan sekarang, para peneliti telah menunjukkan bahwa hal tersebut mungkin disebabkan oleh penularan dari manusia ke manusia.
Mutasi virus cacar monyet
Hampir semua mutasi yang diidentifikasi dalam garis keturunan clade IIb merupakan karakteristik dari paparan enzim manusia dengan peran antivirus.
Enzim kekebalan yang disebut APOBEC3 ini bekerja pada DNA virus cacar monyet dan cenderung menyebabkan mutasi ireversibel yang mengubah urutan pasangan basa dalam genom virus dengan cara yang dapat diprediksi.
Semakin banyak manusia yang terkena virus ini, semakin banyak mutasi yang terakumulasi.
Hal ini tidak berarti bahwa virus tersebut bermutasi dan menyebar ke manusia dengan lebih mudah, meskipun hal ini masih ada kemungkinannya. Sebaliknya, mungkin saja tubuh manusia meninggalkan sifat netralnya terhadap virus.
Apa pun yang terjadi, mutasi tersebut terakumulasi dengan cepat, menunjukkan penyebaran yang cukup besar. O'Toole dan rekannya memperkirakan bahwa sistem kekebalan tubuh manusia telah menghadapi garis keturunan virus mpox ini selama sekitar tujuh tahun.
Para ilmuwan khawatir jenis cacar monyet yang lebih menular akan muncul karena virus tropis ini terus bermutasi dan menyebar antarmanusia.
Para peneliti di Inggris mengatakan bahwa virus tersebut kini bermutasi pada 'tingkat yang jauh lebih tinggi' dibandingkan pada tahun 2018, ketika hanya kasus-kasus yang terdeteksi.
Analisis mereka menunjukkan bahwa mutasi terutama difokuskan pada gen yang diserang oleh sistem kekebalan tubuh manusia untuk menghentikan virus agar tidak bermutasi, sehingga membantunya menghindari kekebalan.
Dilansir dari dailymail, para penulis dari Universitas Edinburgh, menulis dalam makalahnya meskipun garis keturunan B.1 di seluruh dunia kini telah berkurang meski belum diberantas epidemi pada manusia yang menjadi asal muasalnya terus berlanjut.'
Mereka menambahkan ketika virus menyebar di antara manusia dan membuat lebih banyak salinan dari dirinya sendiri, hal ini meningkatkan risiko munculnya mutasi baru yang dapat membuat jenis virus tersebut lebih mampu menularkan atau menjadi lebih berbahaya.
Mereka menemukan mutasi terfokus pada area genom yang ditargetkan oleh enzim sistem kekebalan tubuh manusia yang dikenal sebagai APOBEC3.
Ini mampu mengubah basis dalam kode genetik yang menghambat kemampuan virus untuk bereplikasi.
Para ilmuwan mengatakan perubahan berulang pada gen ini juga menandakan penularan mpox dari manusia ke manusia yang berkelanjutan, bukan peristiwa limpahan yang berulang.
Jam molekuler mereka menggunakan garis keturunan B.1 dari mpox, yang merupakan jenis di balik wabah yang sedang berlangsung di antara manusia.
Mpox secara historis merupakan penyakit endemik di Afrika Barat dan Tengah dan hanya memicu kasus secara sporadis ketika virus tersebut menyebar dari hewan pengerat.
Namun pada tahun 2022 muncul epidemi internasional yang memicu 30.000 kasus dan 55 kematian di AS saja, dengan California, New York, dan Texas yang terkena dampak paling parah.
Meskipun beberapa kasus mpox pada manusia masih berasal dari hewan, para peneliti menyimpulkan bahwa "sebagian besar kasus sejak tahun 2016 kemungkinan besar disebabkan oleh penularan dari manusia ke manusia" dan penularan ini "terus berlanjut".
Mungkin terdapat tempat-tempat yang masih mengalami epidemi cacar monyet namun belum diketahui keberadaannya, dan hal ini dapat menjadi sumber wabah lain di seluruh dunia.
Cacar monyet (mpox) menyebabkan gejala yang mirip dengan cacar, termasuk demam, sakit kepala, dan luka, namun secara historis, manusia hanya tertular virus dari mamalia kecil, seperti monyet atau hewan pengerat, bukan dari manusia lain.