Pelecehan seksual/Ilustrasi
Health

Ketahui Tanda-Tanda Anak jadi Korban Kekerasan Seksual

Arlina Laras
Kamis, 9 Februari 2023 - 17:50
Bagikan

Bisnis.com, JAKARTA - Kini para orang tua harus kian waspada jika menemukan perubahan sikap dan perilaku anak, lantaran maraknya kasus kekerasan seksual di awal tahun 2023 ini.

Pasalnya, kekerasan seksual pada anak seringkali sulit dikenali, karena anak cenderung takut untuk menceritakannya kepada orang tua. Padahal, apabila tidak segera ditangani, maka dampaknya akan sangat serius, baik secara kejiwaan dan terjadinya disorientasi seksual

Ketua Satgas Perlindungan Anak IDAI Eva Devita menjelaskan beragam risiko mental yang membuat perkembangan sosial, kognitifnya terganggu hingga bisa menyebabkan kematian yang lebih awal. 

“Anak yang menjadi korban akan empat kali lebih mungkin punya niatan dalam bunuh diri, sehingga ini bisa menyebabkan kematian muda. Lalu, dia juga akan lebih besar kemungkinannya untuk berhubungan seksual dini, dan empat kali akan merasa lebih depresi,” ungkapnya dalam Media Briefing ‘Bagaimana Mengenali dan Mencegah Kekerasan Seksual pada Anak?’ Kamis (9/2/2023).

Hal ini kian diperkuat dengan adanya data dari Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak RI (KemenPPPA) yang melaporkan bahwa ada lonjakan kasus kekerasan seksual sebesar 5.425, di mana tahun 2022 meningkat menjadi 9.588 dari tahun sebelumnya, yaitu 4.162. 

“Komnas Perempuan Indonesia sendiri sejak tahun 2014 sudah menyatakan kalau Indonesia itu darurat kekerasan seksual. Bahkan, dari tahun ke tahun juga pelaku dan korban usia anak semakin muda,” katanya. 

Meski, tidak ada tanda-tanda yang memperlihatkan bukti yang mutlak. Namun, ada sejumlah gejala yang harus orang tua curigai. Apa saja tanda-tanda tersebut? Berikut ulasan Bisnis selengkapnya. 

1. Perubahan Perilaku

Korban yang telah merasakan pelecehan seksual akan merasakan stres yang mendalam, mereka akn merasakan cemas, depresi. Bisa juga dengan tiba-tiba merasa ketakutan saat diajak ke suatu tempat tertentu atau ketika bertemu dengan orang lain padahal sebelumnya baik-baik saja.

Beberapa anak juga ada yang mengalami perubahan perilaku yaitu menjadi sangat agresif dan mudah marah terhadap orang lain. Lalu, mereka juga sulit untuk berkonsentrasi sampai akhirnya membuat performa di sekolah menurun, bahkan di usia tertentu ada yang sudah berpikir untuk bunuh diri. 

“Di beberapa kasus, anak-anak suka memberikan keluhan yang tidak jelas, mengatakan sakit, lesu, lemas, hal itu mereka lakukan agar tidak bertemu seseorang,” ungkap Eva. 

2. Gangguan Makan dan Tidur

Kekerasan seksual memengaruhi selera makan anak, di mana sang anak akan mengalami penurunan nafsu makan yang akan merusak tubuh dalam jangka waktu yang panjang. Biasanya para korban akan mengalami anorexia bahkan bulimia alias memuntahkan kembali makanan yang telah dimakan. Selain itu, anak juga sering mengalami mimpi buruk hingga mengalami masalah tidur.

3. Keluhan BAB dan BAK

Jika terdapat luka dan cedera yang terlihat tak wajar, mulai dari keluhan sang anak yang merasa nyeri pada kemaluan atau dubur mereka hingga mengalami kesulitan berjalan atau duduk. Kemudian, adanya keluhan gatal atau cairan di vagina, bahkan luka di kemaluan atau anus, maka orang tua harus waspada.

Faktor Terjadinya Kekerasan Seksual dan Pencegahannya 

Eva menambahkan, ada beberapa faktor yang membuat kekerasan seksual pada anak meningkat, mulai dari pendewasaan seksual yang lebih cepat akibat konten pornografi dan pornaksi, kurangnya edukasi tentang pendidikan seksual serta lengahnya pengawasan dari orang tua. 

“Beberapa kasus kekerasan seksual pada anak yang terjadi saat pandemi, kerap dilakukan oleh orang terdekat, seperti salah satu anggota keluarga. Lalu, pasca pandemi kian bertambah di mana pelakunya teman tetangga, keluarga,” jelasnya. 

Adapun, beberapa upaya pencegahan yang bisa dilakukan oleh orang tua dengan memperkenalkan bagian tubuh pada anak sedari dini. Anak juga perlu diberi penjelasan bahwa mereka memiliki bagian pribadi yang tak boleh dilihat apalagi disentuh semua orang. 

“Penting untuk bisa memberi rasa aman kepada anak agar tiap kejadian yang menimpanya bisa dia ceritakan kepada orang tua,” tutur Eva. 

Penulis : Arlina Laras
Bagikan

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terkini

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Terpopuler

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro