Bisnis.com, SOLO - Jamu akan diajukan sebagai Warisan Budaya Tak Benda (WBTB) ke Unesco oleh Tim Kerja Nominasi Budaya Sehat bersama Gabungan Pengusaha (GP).
"Kami merasa saat ini adalah momentum yang tepat untuk menominasikan jamu ke UNESCO karena seperti kita tahu saat ini dunia sedang mengalami pandemi," kata Peneliti Erwin J Skripsiadi yang mewakili Ketua Tim Kerja Nominasi Budaya Sehat Jamu saat konferensi pers di Jakarta, Senin (14/3/2022).
Sejalan dengan diajukannya Jamu sebagai WBTB Unesco, Erwin mengatakan pihaknya hanya melakukan penelitian dalam ranah budaya.
Di sisi lain, Wakil Sekretaris Jendral IV GP Jamu Kusuma Ida Anjani juga mengingatkan bahwa jika ditinjau dari kacamata kebudayaan, "jamu" berasal dari dua kata, yaitu "Djampi" dan "Oesodo" yang memiliki makna obat atau kesehatan dan doa.
"Jamu itu lebih dari sekadar obat tradisional tetapi memang ada doa di setiap racikannya," ujar perempuan yang akrab disapa Ajeng itu.
Ia juga menggarisbawahi bahwa jamu tidak hanya memiliki manfaat untuk memelihara kesehatan dan membantu pengobatan penyakit dari dalam tubuh, tetapi juga dapat digunakan untuk perawatan diri dari luar tubuh.
Lantas, bagaimana sejarah hadirnya jamu di Indonesia?
Jamu disebut telah hadir sejak zaman Kerajaan Mataram dan banyak digunakan untuk kesehatan tubuh.
Fakta adanya jamu sejak jaman Hindu Budha tersebut tercermin dalam penemuan artefak cobek dan ulekan yang berlokasi di lereng Gunung Sindoro, Jawa Tengah.
Selain artefak Cobek dan Ulekan, ditemukan juga bukti-bukti lain seperti alat-alat membuat jamu yang banyak ditemukan di Yogyakarta dan Surakarta. Tepatnya di Candi Borobudur pada relief Karmawipangga, Candi Prambanan, Candi Brambang, dan beberapa lokasi lainnya.
Konon, di zaman dulu, rahasia kesehatan dan kesaktian para pendekar dan petinggi-petinggi kerajaan berasal dari latihan dan bantuan dari ramuan herbal.
Melansir dari situs indonesia.go.id, jamu kembali populer pada masa penjajahan Jepang, sekitar tahun 1940-an.
Di tahun itu juga telah terbentuk komite Jamu Indonesia. Dengan begitu, kepercayaan khasiat terhadap Jamu kembali meningkat.
Perkembangan jamu pun meningkat tajam hingga dibuat dalam bentuk bubuk, kemasan, hingga pil.
Tahun 1974 hingga 1990 banyak berdiri perusahaan Jamu dan semakin berkembang. Pada era itu juga ramai diadakan pembinaan-pembinaan dan pemberian bantuan dari Pemerintah agar pelaku industri Jamu dapat meningkatkan aktivitas produksinya.
Masyarakat Indonesia pun mempercayai jamu sebagai minuman kesehatan yang memiliki berbagai manfaat bagi tubuh.
Pembuatan jamu pun masuk ke dalam ilmu budaya yang diberikan secara turun-temurun.
Bahkan dalam pembuatannya, jamu harus disesuaikan takaran tiap bahan, suhu, lama menumbuk atau merebus. Jika tidak diperhatikan dengan baik, jamu akan kehilangan khasiat dan bisa membahayakan tubuh.