Bisnis.com, JAKARTA - Tak hanya pandemi COVID-19 yang menjadi tantangan sektor kesehatan di Indonesia, banyak tantangan lain di sektor kesehatan yang juga memerlukan perhatian khusus, diantaranya kebijakan yang belum berbasis pada data serta pelayanan yang kurang efisien.
Data menunjukkan bahwa terdapat 270 Juta penduduk Indonesia yang memiliki catatan rekam medis baik secara digital atau masih dalam bentuk kertas dimana data rekam medis pasien belum terintegrasi, jutaan resep diterbitkan berbasis informasi individu baik dalam bentuk digital atau masih dalam bentuk kertas, ribuan penyedia layanan kesehatan mengelola data kesehatan berbasis individu, terdapat 400 lebih aplikasi pemerintah sektor kesehatan terpetakan dan masih banyak lainnya di tingkat pusat dan daerah.
Menanggapi situasi tersebut, Kemenkes RI melalui Digital Transformation Office memacu percepatan transformasi digital di bidang kesehatan dengan menetapkan kegiatan prioritas transformasi teknologi kesehatan yang terdiri dari: Pertama, integrasi dan pengembangan sistem data kesehatan. Kedua, integrasi dan pengembangan sistem aplikasi pelayanan kesehatan; dan Ketiga, pengembangan ekosistem teknologi kesehatan.
Optimalisasi terkait dengan digitalisasi data kesehatan akan terus dilakukan. Serta tidak hanya itu, yang paling utama adalah integrasi terhadap data rekam medis dari berbagai fasilitas kesehatan baik rumah sakit, laboratorium klinik, hingga startup healthtech pun akan dilakukan.
Salah satunya program Indonesia Health Services (IHS) yang merupakan platform ekosistem digital kesehatan yang akan dikembangkan Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. IHS menyediakan konektivitas data, analisis, dan layanan untuk mendukung dan mengintegrasikan berbagai aplikasi kesehatan di Indonesia.
Chief Digital Transformation Office Kementerian Kesehatan RI, Setiaji, mengatakan bahwa proses aktivitas kesehatan yang bentuknya pengobatan atau preventif sedang dirancang untuk dilakukan perekaman, dan kemudian nantinya akan dilakukan analisis.
“Perekamannya bisa berbagai macam, bukan hanya ada di kami (Kementerian Kesehatan), tetapi juga di fasilitas kesehatan, seperti contohnya di Prodia. Prodia melakukan rekaman terhadap hasil tes misalnya darah dan lain sebagainya, itu nantinya akan terhubung dengan sistem di Kementerian Kesehatan sehingga masing-masing orang akan mendapatkan rekam jejak medisnya menggunakan aplikasi” tambah Setiaji.
Menanggapi hal tersebut, menurut Direktur Transformasi Layanan Digital & Teknologi Informasi Prodia Andri Hidayat, terdapat tiga hal penting yang menjadi fokus Prodia dalam menerapkan strategi digital yakni Pertama, Culture yaitu bagaimana Prodia mengembangkan digital mindset; Kedua, Collaboration yaitu bagaimana Prodia membangun sebuah ekosistem terintegrasi melalui partnership seperti dengan Kementerian Kesehatan, dan Ketiga adalah Customer yaitu bagaimana Prodia menciptakan Customer experience yang lebih baik melalui saluran digital.
“Di Laboratorium itu masih ada interaksi secara physical, dan masih terdapat juga pemeriksaan-pemeriksaan fisik yang perlu dilakukan secara langsung, maka yang perlu dipertimbangkan adalah bagaimana menjembatani antara proses digital dengan proses fisik untuk menciptakan customer experience yang lebih baik,” terang Andri.
Lebih lanjut, Andri menyatakan siap berkolaborasi dan mendukung program Kemenkes RI dalam mempercepat transformasi digital di sektor kesehatan demi kemudahan akses layanan kesehatan bagi pasien.
“Kami siap mendukung program prioritas Kemenkes RI dan terus fokus membangun ekosistem kesehatan yang terintegrasi melalui digitalisasi,” jelas Andri.