Ilustrasi dokter akan menyuntikkan vaksin/istimewa
Health

Kisah Pengacara Jadi Relawan Pengembangan Vaksin Virus Corona

Syaiful Millah
Selasa, 12 Mei 2020 - 14:50
Bagikan

Bisnis.com, JAKARTA – John Morrison, seorang mantan pengacara perusahaan di New York, Amerika Serikat, mengambil pilihan yang tak lazim. Dia secara sengaja ingin terinfeksi virus corona (Covid-19).

Ide tersebut didapatnya setelah membaca sebuah makalah ilmiah, yang menyatakan bahwa relawan yang menginfeksi dirinya sendiri dapat membantu mempercepat upaya pengembangan vaksin.

Dengan idenya itu, Morrison akhirnya mendaftarkan diri secara online untuk menjadi ‘kelinci percobaan manusia’ dalam sebuah proyek pengembangan vaksin.

“Bahkan mengambangkan vaksin virus corona satu hari lebih cepat bisa menyelamatkan puluhan ribu kematian,” katanya di situs One Day Sooner, seperti dikutip Financial Times, Selasa (12/5).

Pandemi Covid-19 sekarang ini mendorong para ilmuwan untuk menghitung ulang apa yang dianggap sebagai risiko yang masuk akal. Tidak ada pengobatan yang dapat menyelamatkan jiwa dan efek jangka panjang dari penyakit ini tidak diketahui.

Oleh sebab itu, upaya yang dilakukan oleh orang seperti Morrison merupakan bantuan yang sangat dibutuhkan. Ini seperti yang ditulis oleh ahli bioetika Rutgers University, Nir Eyal dan yang lainnya dalam Journal Infectious Diseases.

“Menantang sukarelawan dengan virus hidup berisiko menyebabkan penyakit parah dan bahkan mungkin kematian, tetapi dapat mengurangi beban global kematian akibat virus corona terkait dan morbiditas.”

Percobaan yang memaparkan orang pada infeksi secara disengaja merupakan studi tantangan, karena mereka menantang sistem kekebalan dengan patogen. Ilmuwan dapat mempersingkat tahap pengujian yang paling memakan waktu yakni fase ketiga, yang menentukan apakah vaksin bekerja secara efektif.

Tahap ini seringkali melibatkan ribuan orang. Setelah periode waktu tertentu, kelompok uji yang divaksinasi akan menunjukkan lebih sedikit infeksi daripada kelompok kontrol yang tidak diberikan vaksinasi.

Proses itu, bagaimanapun, bergantung pada sukarelawan yang terinfeksi ketika mereka menjalankan upaya tersebut. Tapi ini bisa memakan waktu berbulan-bulan, mungkin lebih lama di era seperti sekarang ini yang pergerakan manusia banyak terbatasi.

Alih-alih, Eyal menyarankan uji coba fase ketiga harus sengaja diberikan kepada sekitar 100 sukarelawan muda yang sehat. Itu hanya akan dilakukan untuk tes vaksin yang sudah terlihat menjanjikan sehingga relatif mengurangi risiko yang ada.

Habiskan US$2 Miliar, Vaksin Virus Corona Tersedia 1,5 Tahun Lagi ...
Habiskan US$2 Miliar, Vaksin Virus Corona Tersedia 1,5 Tahun Lagi ...

Calon vaksin virus corona yang bakal disuntikan ke tubuh relawan./ilustrasi

Eyal juga mengatakan kepada jurnal Nature bahwa mungkin akan lebih aman bagi pekerja garis depan untuk sengaja diinfeksi, karena mereka mungkin lebih mudah dan lebih cepat menangkap realitas dalam kehidupan nyata ini.

Para relawan tersebut bisa dibayar, tetapi Eyal khawatir hal itu dapat merusak kepercayaan publik terhadap vaksin dan memicu tuduhan bahwa mereka mengeksploitasi warga miskin. Namun demikian, mungkin waktu yang luar biasa akan membenarkan tindakan yang luar biasa pula.

“Covid-19 adalah tantangan global yang belum pernah terjadi sebelumnya, yang mengharuskan kami bekerja dengan cara yang tak tertandingi. Semua pilihan untuk mempercepat pengembangan vaksin harus ada di atas meja,” kata Charlie Weller, Head of Vaccine di Wellcome Trust.

Ada alasan bagus untuk berhati-hati. Prinsip-prinsip etika yang mengatur pengujian pada manusia akhirnya berakar pada Nuremberg Code, seperangkat pedoman pasca perang yang dirancang untuk melindungi hak asasi manusia.

Hal tersebut telah berkembang secara substansial, tetapi secara umum masih sama yakni mencegah infeksi yang disengaja dengan penyakit yang tidak dapat diobati dan tidak dapat disembuhkan. Bagaimanapun, menginfeksi orang sehat dengan virus corona (Covid-19) merusak penilaian yang positif.

Akan tetapi, virus corona telah mengubah segalanya. Ketika dunia mempersiapkan diri untuk suatu norma baru yang memungkinkan masyarakat untuk kembali beraktivitas normal, maka dunia harus mengadopsi norma etis yang baru pula untuk menaklukkan penyakit yang menyelimutinya.

Bagikan

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terkini

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Terpopuler

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro