Bisnis.com, JAKARTA – Peneliti dari Vlaams Institute for Biotechnology di Ghent, Belgia telah melaporkan bahwa molekul dalam darah hewan llama dapat berfungsi sebagai terapi yang berguna terkait wabah virus corona baru atau Covid-19.
Para peneliti menyebut bahwa antibodi tersebut telah terbukti efektif melawan virus corona lainnya seperti Middle East Respiratory Syndrome (MERS) dan Severe Acute Respiratory Syndrome (SARS) di masa lalu.
Dilansir dari Express, Senin (20/4) berdasarkan penelitian yang dilakukan, ukuran antbodi yang kecil memungkinkan mereka untuk menargetkan virus mikroskopis dengan lebih efektif. Ini dikenal sebagai teknologi nanobody.
Antibodi tersebut pertama kali digunakan dalam penelitian HIV pada 1980an. Adapun, sifat antibodi yang ditemukan dalam darah unta (unta, llama, dan alpaka) pertama kali ditemukan oleh Brussels University, Belgia pada 1989.
Sebuah laporan yang ditinjau oleh Sunday Times menyebut bahwa kelayakan menggunakan antibodi llama terkait virus corona baru yang telah menyebabkan pandemi global perlu diselidiki lebih lanjut.
Namun demikian, unta bukan satu-satunya hewan yang terbukti bermanfaat dalam pengembangan pengobatan untuk virus corona.
Sebuah studi di Korea Selatan yang dilaporkan dalam jurnal Cell Host dan Microbe, menemukan bahwa hewan musang yang terinfeksi Covid-19 memiliki respons serupa pada manusia.
Studi tersebut mengklaim bahwa hal ini bisa menjadi informasi dan alat yang berguna untuk mengevaluasi kemanjutan dari pengobatan antivirus dan vaksin pencegahan.
Para peneliti di Hong Kong juga menemukan hamster Suriah bereaksi terhadap Covid-19 yang mirip dengan manifestasi infeksi saluran pernapasan bagian atas dan bawah pada manusia.
Studi dari Hong Kong itu dipublikasikan di majalah Science, yang menemukan delapan hamster kehilangan berat badan mereka, menjadi lesu, mengembangkan bulu yang acak, postur tubuh membungkuk, dan pernapasan yang tidak stabil setelah terinfeksi virus.
Sementara itu, University of Oxford telah melakukan uji coba vaksin terhadap hewan di laboratorium. Tes vaksin virus corona eksperimental itu menunjukkan hasil yang cukup menjanjikan.
Vaksin tersebut dilaporkan berasal dari simpanse, yang disuntuk dengan virus corona untuk menghasilkan antibodi yang dapat digunakan untuk meningkatkan sistem kekebalan tubuh manusia. Tim meyakini bahwa mereka bisa mendapatkan senjata untuk penyakit tersebut
Akan tetapi, para pejabat kesehatan masyarakat mengatakan pengembangan vaksin masih membutuhkan waktu, sekitar 12 hingga 18 bulan mendatang untuk sepenuhnya memvalidasi keamanan dan keefektifan vaksin pada manusia.
Sarah Gilbert, seorang profesor vaksinasi dari University of Oxford mengakui bahwa kerangka waktu tersebut sangat ambisius. Maksudnya, ada kemungkinan waktu yang dibutuhkan lebih lama dari itu karena berbagai hal.
Namun bagaimana pun, pemerintah, perusahaan, universitas, dan ilmuwan di seluruh dunia sedang bergerak cepat untuk membuat vaksin yang bisa mengobati dan mencegah penyakit Covid-19 semakin merajalela di seluruh dunia.