Pohlmann dan tim juga mempelajari apakah antibodi yang dibuat untuk orang dengan diagnosis SARS sebelumnya akan mencegah masuknya virus corona baru SARS-CoV-2 ke dalam sel. Mereka menemukan bahwa antibodi terhadap penyakit SARS juga berpengaruh terhadap penyakit Covid-19.
“Walaupun konfirmasi dengan infeksi virus masih tertunda, hasil kami menunjukkan bahwa meteralkan respon antibodi yang ditimbulkan terhadap SARS dapat menawarkan perlindungan terhadap infeksi SARS-CoV-2, yang mungkin memiliki implikasi untuk pengendalian wabah,” tulis studi tersebut.
Penelitian ini bukan satu-satunya yang mempelajari potensi penggunaan antibodi SARS sebagai vaksin virus corona baru. David Veesler, seorang asisten profesor biokimia di University of Washington juga melakukannya.
Baca Juga Rute Infeksi Virus Corona |
---|
Penelitian Veesler memberikan lebih banyak bukti bahwa virus memasuki sel target melalui ACE2. Tim juga mempelajari antibodi terhadap fragmen protein SARS untuk mengidentifikasi vaksin potensial.
Temuan mereka menunjukkan bahwa serum antibodi dari empat tikus yang berbeda dapat mengurangi infeksi virus melalui model laboratorium, di mana subjek terjangkit virus SARS-CoV-2 sebesar 90 persen. Akan tetapi, hasil ini masih tetap membutuhkan pengujian lebih lanjut.
Uji klinis untuk menunjukkan keamanan dan kemanjuran akan menjadi dasar pengembangan calon vaksin ini agar menjadi produk yang aman digunakan oleh masyarakat luas.
Di Eropa, European Medicines Agency telah mengumumkan bahwa mereka akan mengambil tindakan nyata untuk mempercepat pengembangan dan ketersediaan produk obat-obatan untuk perawatan dan pencegahan virus corona baru.