Matsuyama adalah ibu kota provinsi atau Prefektur Ehime dan menjadi wilayah terbesar di Pulau Shikoku, Jepang. Mengunjungi wilayah ini pada pertengahan April berarti melewatkan periode cherry blossom, mekarnya bunga sakura. Meski demikian, hati tetap berbunga ketika mampu menikmati kesunyian suasananya.
Berwisata di kota ini bisa diwakili dengan berkunjung ke destinasi yang sarat dengan kisah masa lalu, di antaranya ialah Kastil Matsuyama (Matsuyama Castle) dan pemandian air panas kuno, Dogo Onsen.
Istana Matsuyama (Matsuyamajo) adalah salah satu dari 12 kastil asli Jepang yang masih ada. Matsuyamajo merupakan istana yang masih berdiri kukuh di Gunung Katsuyama, sebuah bukit curam di pusat wilayah Marunouchi, Matsuyama.
Mencapai puncak kastil ketika cuaca cerah berarti mendapatkan pemandangan indah kota Matsuyama dan pelabuhan Matsuyama dari atas bukit. Pelabuhan tersebut menjadi sandaran kapal pesiar yang singgah ke pulau Shikoku.
Dari atas bukit di istana kuno dengan bangunan kayu itu akan tampak pohon sakura yang mengelilingi halaman di salah satu persinggahan menuju puncak kastil yang megah. Pohon berbunga itu akan bermekaran pada akhir Maret hingga awal April setiap tahunnya.
Pengunjung bisa mencapai kastil menggunakan gondola maupun kursi gantung tunggal dan selanjutnya diteruskan dengan menaiki anak tangga. Atau, jika waktunya longgar, bisa saja mendaki bukit sekitar 15 menit dari pangkalan stasiun kereta gantung.
Jika mencapai istana inti, pengunjung bisa melakukan tur di dalam ruangan. Sejumlah area dalam istana kayu itu ditata khusus dengan dukungan informasi tentang sejarah Matsuyama mengenai pakaian kerajaan, aneka senjata perang kuno, juga ruang pengintaian.
Pengunjung perlu mengikuti aturan yang tertera jika memasuki ruang-ruang khusus, misalnya berganti dengan alas kaki yang disediakan atau menunduk ketika melewati ruang-ruang tertentu. Untuk menikmati istana Matsuyama lengkap dengan akses kereta gantung perlu menyiapkan 510 yen setara Rp65.000.
Untuk mencapai ke kawasan wisata istana Matsuyama bisa mencari jalur trem terdekat yakni halte trem Okaido. Halte trem Okaido ditempuh di jalur trem 5 dari Stasiun JR Matsuyama (10 menit, 160 yen) atau dengan jalur trem 2 atau 3 dari Stasiun Matsuyama (5 menit, 160 yen).
Destinasi wisata selanjutnya yakni Dogo Onsen, salah satu mata air panas tertua di Jepang. Daya tarik utama Dogo Onsen adalah Honkan, pusat pemandian umum dari kayu yang sudah beroperasi sejak 1894 dan hingga kini terjaga dengan baik.
Interior Honkan berupa labirin tangga, lorong-lorong dan kamar-kamar yang semuanya dipenuhi dengan ruang pemandian. Selain trem berlantai kayu yang masih beroperasi di Matsuyama, ternyata kondisi Dogo Onsen ini pulalah yang turut menjadi inspirasi film Spirited Away, animasi populer karya Miyazaki.
Letak Dogo Onsen tak jauh dari Stasiun trem dan hanya berjarak 4 menit jika ditempuh dengan berjalan kaki. Jika wisatawan datang dari Stasiun JR Matsuyama bisa menggunakan jalur 5 (20 menit, 160 yen). Apabila mengakses dari Stasiun Matsuyama, bisa pindah menggunakan jalur trem 3 (15 menit, 160 yen).
Stasiun Dogo Onsen dibangun pada 1895 dan masih tampak begitu klasik. Stasiun tersebut merupakan representasi dari arsitektur Periode Meiji yang hingga kini masih berfungsi dengan tiga jalur trem.
AREA PENDUKUNG
Di sekitar Dogo Onsen terdapat Jam Botchan Karakuri yakni jam raksasa yang berdentang setiap 30-60 menit dari pukul 08.00 hingga 22.00. Di sampingnya terdapat kolam air hangat yang bisa dimanfaatkan untuk merendam kaki secara gratis pukul 06.00 hingga 23.00.
Masih di kompleks Dogo Onsen terdapat pusat pertokoan oleh-oleh dan kerajinan khas Matsuyama yang beroperasi antara pukul 09.00 hingga 22.00 yang di antaranya menjual aneka produk jeruk dan olahannya.
Jeruk merupakan komoditas unggulan di Matsuyama yang diolah menjadi berbagai produk oleh-oleh seperti minuman segar, sirup, selai, permen, manisan, keripik, kue, bolu, dan lainnya. Ciri khas jeruk berwarna kuning segar juga tampak di big wallpaper di Bandara Matsuyama.
Selain mengelilingi kompleks Dogo Onsen, saya sempat menikmati kota sunyi ini sembari mengayuh sepeda pinjaman dari kawan yang tengah tinggal di sana. Perjalanan pulang-pergi sejauh kurang lebih 15 kilometer bisa dinikmati dengan santai berteman udara sejuk pada medio April.
Bentangan bukit hijau di tengah kota, suara klakson trem, dan lalu lintas yang cukup sepi begitu indah untuk dinikmati. Jika tertarik untuk keliling kota, sejumlah penginapan diketahui menawarkan fasilitas penyewaan sepeda bagi wisatawan yang menginginkannya.
Ternyata, Matsuyama di Prefektur Ehime sejauh ini telah memiliki kerja sama dengan Provinsi Sulawesi Selatan dengan salah satu penanda yakni terdapat sejumlah masyarakat Makassar yang tinggal di kota ini. Kerja sama di antaranya di bidang pendidikan antara Universitas Hassanudin dengan Universitas Ehime.
Ada pula upaya pengembangan tata kota untuk Kota Palopo, juga nota kesepahaman mengenai akuakultur mengenai pengembangan kapasitas nelayan, pengolahan ikan terintegrasi hingga produksi garam.
Sebagai ibu kota provinsi, tak begitu tampak ingar bingar di kota Matsuyama ini. Dari taman-taman kota masih terdengar suara koak gagak, dari atas jembatan bisa mendengar gemericik air sungai dengan kecipak ikan-ikan, dan ketika matahari terbenam seolah dunia kembali sepi.