Bisnis.com, JAKARTA--Penyakit hemofilia atau kelainan darah sukar membeku bisa menimbulkan kecacatan bahkan bisa mengancam jiwa jika tidak ditangani dengan baik. Oleh karena itu, hemofilia perlu diwaspadai sejak dini.
Ketua Unit Kerja Hematologi dan Onkologi Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) dr. Bambang Sudarmanto, SpAK Mars mengatakan, terdapat sejumlah gejala hemofilia yang bisa diwaspadai sejak bayi.
"Waspada pertama ketika bayi baru lahir, misalnya kita dapat lahirnya melalui kelahiran spontan, ada benjolan di kepala. Ini harus diwaspadai. Belum lagi ketika kita memotong tali pusar, kok berdarahnya lama," ujar Bambang dalam acara Peluncuran Aplikasi “Hemofilia Indonesia” di Jakarta, Kamis (4/4/2019).
Bila gejala tersebut tak ditemui, kata Bambang, tanda lainnya bisa terlihat ketika bayi belajar merangkak akan sering mengalami bengkak pada sendi siku dan lutut atau terjadi pendarahan di bokong.
"Ketika sudah mulai jalan, macam-macam problem-nya, misal cuma terantuk jadi memar. Itu tanda-tanda awal. Ini kewaspadaan yang harus disampaikan ke keluarga agar menyadari bahwa ada pasien hemofilia," katanya.
Seiring bertambahnya usia, perdarahan spontan akan sering terjadi. Kebanyakan timbul pada persendian (mata kaki, lutut, siku, tumit, bahu, dan pinggul) dan otot. Ketika masa akil balig, hemofilia terlihat dengan jelas setelah penderita disunat (khitan) perdarahan akan sulit berhenti.
Ketua Himpunan Masyarakat Hemofilia Indonesia (HMHI) Djajadiman Gatot menambahkan, hemofilia juga bisa dideteksi dengan merunut riwayat keluarga. Sebab hemofilia merupakan penyakit keturunan yang bisa diwariskan melalui gen orang tua.
"Yang sederhana bisa tanya keluarganya. Misal, punya dua anak laki-laki memiliki kelainan yang sama [darah sukar membeku/timbul memar], itu sudah mendekati diagnosa hemofilia. Bisa ditanya juga apakah saudara laki-laki kandung dari ibu atau kakek pasien mengalami darah sulit membeku," kata Djajadiman.
Bila perdarahan sendi akibat hemofilia terjadi berulang kali dapat menyebabkan kerusakan pada jaringan tulang rawan. Sendi menjadi kaku, sakit, dan kurang stabil digerakkan. Begitu pula bila terjadi perdarahan otot berulang dapat menyebabkan otot lemah dan jika saraf turut rusak, otot dapat melemah bahkan menjadi cacat.
Kerusakan permanen pada sendi, otot, maupun syaraf dapat mempengaruhi cara duduk berdiri, dan berjalan seorang penderita hemofilia.