Bisnis.com, JAKARTA – Kompetisi sepak bola di Indonesia dianggap belum bersih dari praktik uang. Contohnya, pada level kompetisi usia dini, praktik uang diduga terjadi pada proses screening pemain.
Pernyataan tersebut mengemuka saat redaksi Bisnis berbincang-bincang dengan Sekretaris Jenderal Persatuan Sepakbola Seluruh Indonesia (PSSI) Ratu Tisha Destria di kantor Bisnis Indonesia, Kamis (25/8/2017) .
Tisha mengatakan, pihaknya telah menyiapkan sejumlah langkah untuk mengantisipasi berbagai masalah di kompetisi sepak bola.
Baca Juga Galaxy Note 8 Andalkan Kamera Ganda |
---|
Langkah pertama yang dilakukan, ujarnya, adalah merangkul seluruh kompetisi-kompetisi di luar PSSI. Tisha mengakui, banyak kompetisi sepak bola yang digulirkan di luar PSSI. Padahal, ujar dia, sesuai peraturan kompetisi-kompetisi tersebut tak dibolehkan.
Oleh sebab itu, kompetisi-kompetisi tersebut perlu dirangkul. Menurutnya ketika kompetisi tersebut dirangkul maka akan mudah diawasi sehingga praktik-praktik kotor dapat diminimalisir.
“Kami sudah merangkul beberapa kompetisi di beberapa daerah di Sumatera. Selanjutnya bertahap ke wilayah-wilayah lain,” ujarnya.
Langkah kedua, kata Tisha, pihaknya bekerja sama dengan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan salah satunya berkaitan data-data siswa. Menurut Tisha, bila selama ini screening pemain lewat akte dan dokumen lainnya, maka kini cukup dengan Nomor Induk Siswa Nasional sehingga datanya valid.
Kemudian, PSSI juga akan memaksimalkan petunjuk pelaksanaan tentang organisasi pertandingan yang dikeluarkan oleh PSSI dan AFC untuk kompetisi level bawah. Tisha mengatakan selama ini juklak tersebut tak pernah turun ke level asosiasi provinsi.
“Mereka [asprov] tak bisa disalahkan karena sudah lama tak bersandar apda induknya.”
Langkah lainnya adalah patroli. Begitu ada laporan masalah kompetisi, pihaknya langsung bergerak ke lapangan dan langsung melakukan tindakannya. Namun, ujar Tisha, cara ini bagus tetapi tidak berkelanjutan.
“Inilah pekerjaan rumah kami dan tak boleh menyerah.”