Bisnis.com, SURABAYA - Rhesus adalah suatu sistem penggolongan darah berupa positif dan negatif setelah golongan A/B/AB dan O. Dalam sistem rhesus terdapat aturan khusus dalam urusan sumbang-terima darah.
Pemilik golongan darah A rhesus negatif misalnya, tidak boleh ditransfusi dengan darah A rhesus positif karena sistem pertahanan tubuh si penerima donor akan menganggap darah rhesus positif dari donor tersebut sebagai benda asing yang perlu dilawan seperti virus atau bakteri.
Di seluruh dunia, manusia dengan rhesus negatif hanya ada 15%. Sedangkan di Indonesia kurang dari 1% dari jumlah penduduk. Itu sebabnya, pemilik golongan darah dengan rhesus negatif ini tergolong langka sehingga butuh perhatian lebih.
Rhesus Negatif Indonesia (RNI) adalah komunitas yang sengaja dibentuk pada 2011 untuk mewadahi masyarakat yang membutuhkan darah dengan rhesus negatif. RNI hingga saat ini telah memiliki 1.600 member, di Jawa Timur dan Bali tercatat ada 212 orang, yang 115 orang di antaranya adalah laki-laki dan 97 orang perempuan.
Sekretaris RNI, Yoe Bing mengatakan masyarakat perlu mengenali rhesus darahnya agar ketika membutuhkan pertolongan transfusi darah tidak terjadi kekeliruan dan dapat segera tertolong apabila memiliki rhesus negatif.
"Karena langkanya darah rhesus negatif, kami ingin agar orang mengenal apa itu reshus. Dengan begitu, para pemilik rhesus negatif bisa segera ditolong bila butuh darah, bahkan bisa menjadi pendonor aktif untuk membantu orang lain yang membutuhkan," katanya kepada Bisnis, Selasa (29/9/2015).
Palang Merah Indonesia (PMI), kata Yoe Bing, sengaja tidak memiliki stok darah rhesus negatif lantaran stok tersebut dikhawatirkan terbuang sia-sia atau dengan kata lain perlu penghematan dan hanya disumbangkan ketika dibutuhkan.
"Itu sebabnya anggota kami harus siap siaga ketika ada panggilan dari PMI untuk menyumbangkan darahnya," ujarnya.
Bahkan, lanjutnya, anggota RNI kerap dengan senang hati untuk mendonorkan darahnya karena pemilik golongan darah ini harus benar-benar menghemat darahnya.
"Selain karena ada rasa ingin membantu, pemilik rhesus negatif juga senang karena darahnya yang diambil bisa mengalami regenerasi, dan pasti menyehatkan tubuh, asalkan ada jangka waktu 75 hari," jelasnya.
Yoe Bing menambahkan, selama ini rhesus dianggap sepele padahal keberadaannya sangat dibutuhkan untuk menolong nyawa orang lain.
"Rhesus negatif selama ini diabaikan. Bahkan terkadang dokter tidak tahu dan cuek (acuh) terhadap rhesus pasiennya. Justru orang tahu ketika sudah darurat dan butuh darah rhesus negatif," ujarnya.
Sejumlah anggota RNI yang tergabung pun, merupakan orang yang dulunya menerima donor darah rhesus negatif dan kini menjadi pendonor aktif.
"Masyarakat yang mau mendonorkan darah, sebaiknya memang meminta cek rhesus dan bila hasilnya negatif bisa menghubungi kami," imbuhnya.