Bisnis.com, JAKARTA - Membuka pentas, lima penari putri dengan seragam seperti ondel-ondel memainkan lincah gerak tubuhnya beserta kipas ditangannya. Mereka membawakan tarian yang bernama “Nindak Ondel Putri” karya B. Kristiono Soewardjo tahun 2013.
Tarian ini menceritakan lenggak lenggok ondel putri layaknya seperti penari topeng betawi yang sedang menunjukan kelincahanya dalam menari.
Menurut lelaki yang sering disapa Kris, tarian kreasi baru ini memang diinspirasi dari sebuah ondel-ondel putri. Ondel-ondel adalah boneka besar terbuat dari anyaman bambu yang berukuran 2,5 m dan berdiameter 80 cm merupakan lambang budaya Betawi.
Selesai tarian ondel putri tersebut dilanjutkan dengan tari “Topeng Jigrik Ndat”. Tari ini menceritakan tentang karakter manusia mengenai kelembutan yang bukan berarti ketidakberdayaan, kadang kelembutan bisa berubah menjadi sosok kekerasan jika dikehendaki.
Semudah membalikan tangan tanpa diketahui dan disadari hidup penuh kepura-puraan. Tarian ini diciptakan oleh Kris pada 1998 mendapat predikat kedua dalam lomba karya tari Betawi. Selain itu pada 2000 mendapatkan predikat sebagai penyaji terbaik, penata kostum dan penata rias terbaik dalam festival karya tari Betawi tingkat nasional.
Tarian ini juga sering diikutkan dalam acara Folklore Festival di Republik Ceko, Perancis, Australia, Jerman serta diikutsertakan dalam acara Pembukaan SEA Games XXVII di Nay Phi Daw, Myanmar 2013.
Selanjutnya tarian yang berjudul “Ngangres” merupakan sebuah karya tari kontemporer yang dikreasi dari tari Sunda. Tari ini menceritakan tentang perjuangan hidup rakyat kecil. Kebutuhan bahan pokok merupakan sesuatu yang diperlukan oleh manusia. Jika harga barang meningkat sedangkan pendapatan yang diterima tetap maka masyarakat tentu tidak akan bisa menggapai atau membelinya. Akibat dari perubahan harga tersebut, masyarakat semakin menderita dan terpukul.
Tarian ini diciptakan Kris pada 1999 dan mendapat predikat kedua dalam GKJ Award kemudian pada 2000 dipentaskan di Seoul, Korea Selatan dalam acara Seoul Internasional Dance Festival. Karya tari ini juga mendapatkan Predikat Pertama pada 2004 dalam acara Bandar Serai Award Riau Pekanbaru sebagai penari terbaik, koreografi terbaik dan penata tari terbaik.
Tarian selanjutnya adalah”Horeg” merupakan sebuah tarian kontemporer yang mengambil pijakan gerak Sunda dan Jawa. Tari ini menggambarkan jiwa manusia yang ingin mengeluarkan perasan dan pikiran yang ada didalam tubuh manusia.
Tarian ini diciptakan tahun 2012 dan dipentaskan di Roma dan Milan Itali dalam acara Hidden Dream. Sebagai penutup acara pentas tari karya Kris, ditmpilkan karya barunya yang berjudul “Jiwaku Tansah Hambeksa”. Tari ini dipentaskan seorang diri oleh Kris. Tari ini mengisahkan perjalanan panjang hidupnya sebagai koreografer yang memiliki darah Jawa dan Sunda.
Rasanya tepukan riuh penonton atas pertunjukan yang menghabiskan waktu 40 menit tersebut tidak salah alamat. Kris sendiri merupakan koreografer yang lahir di Jakarta 27 Desember 1966. sejak umur 10 tahun sudah mulai belajar menari tari tradisional Sunda, Jawa, Bali, Melayu dan Sumatera.
“Pementasan ini merupakan deskripsi perjalanan saya sebagai salah satu seniman tari di Indonesia. Dalam pementasan kali ini saya ingin berbagi semangat berkesenian kepada masyarakat Indonesia. Mungkin proses berkesenian itu tidaklah mudah, namun jika memiliki kesadaran dan semangat melestarikan seni budaya Indonesia maka itu semua dapatlah diraih” kata Kris.
Selain menjadi koreografer, Kris juga berprofesi sebagai dosen di Institut Kesenian Jakarta sejak tahun 2002 dan Universitas Negeri Jakarta sejak tahun 2005. Puluhan tari telah dia hasilkan dari tangannya sendiri sejak tahun 1993. Tarian yang terbaru 2015 ini “Jiwaku Tansah hambeksa” dipentaskan secara khusus di Galeri Kaya Indonesia, Sabtu lalu.