Bisnis.com, JAKARTA -- Ratusan Guru Besar Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI) menyoroti usulan Menteri Kesehatan untuk melengkapi dokter umum dengan kemampuan operasi caesar, bagi ibu hamil.
Sebelumnya, Menkes Budi Gunadi Sadikin berencana membuat regulasi agar dokter umum terutama yang bertugas di daerah terpencil bisa disertakan dengan kompetensi operasi caesar.
Hal itu menyusul banyaknya laporan ibu hamil meninggal dunia karena di domisilinya jauh dari rumah sakit dan tidak tersedia spesialis obstetri dan ginekologi (obgyn).
Termasuk menanggapi hal tersebut, Guru Besar FKUI pada Jumat (16/5/2025) menyerukan dalam "Salemba Berseru" agar pemerintah tidak menganggap sederhana kompetensi spesialis dan perlunya melibatkan institusi pendidikan kesehatan sebelum membuat kebijakan.
Ketua Senat Akademik UI sekaligus Ketua Perkumpulan Obstetri dan Ginekologi Indonesia (POGI), Prof.Budi Wiweko mengatakan bahwa usulan dari institusi akademik adalah dengan meratakan distribusi spesialis alih-alih menambahkan kompetensi tersebut pada dokter umum.
Pasalnya, penyebab kematian pada ibu hamil tidak selalu karena kedaruratan dan memerlukan operasi caesar.
"Banyak data yang kita miliki, penyebab kematian ibu sebagian besar eklamsia, perdarahan, infeksi, sebagian besar terjadi di rumah sakit, bisa terjadi karena respons time bedah yang terlambat, ketersediaan bank darah yang terbatas. Jadi banyak yang harus diperbaiki, dari semua sektor, kerja sama lintas sektoral. Dan kehadiran ahli bedah sesar saja tidak bisa menurunkan angka kematian ibu," ungkapnya di Jakarta, Jumat (16/5/2025).
Budi juga mengungkapkan bahwa memang dari 150 kompetensi dokter, operasi caesar tidak termasuk di dalamnya, karena merupakan tugas spesialis obgyn.
Dia juga mengatakan bahwa sebelumnya pernah ada program Dokter Umum Plus pada sekitar 2010, di mana dokter umum ditambah pelatihan agar bisa melaukan tindakan caesar darurat di daerah yang tidak ada spesialis obgyn
"Namun pernah dievaluasi, jawabannya adalah dengan distribusi. Waktu itu ada wajib dokter spesialis sampai ke daerah, tapi pas sudah sampai ke daerah ternyata pelatihan dokter umum plus itu nggak perlu, dan dijawabnya dengan distribusi," tegasnya.
Budi juga mengungkap bahwa kasus yang membutuhkan operasi caesar darurat di daerah tidak banyak. Sehingga dokter umum yang sudah diberi pelatihan pada akhirnya tidak pernah berpraktik dan malah tetap tidak percaya diri ketika tiba waktu untuk melaksanakan prosedurnya.
"Dulu ketika sudah dilatih 6 bulan para Dokter Umum Plus, kemudian dibagi ke daerah-daerah terpencil, ternyata memang tindakannya jarang. Sehingga kalau orang sudah belajar, kan perlu praktik di lapangan, tapi ketika kasusnya jarang dia akhirnya tidak jadi percaya diri untuk melakukannya," tambahnya.
Alih-alih melatih dokter umum untuk operasi caesar, saat ini POGI telah rutin melakukan pelatihan ultrasonografi kehamilan untuk dokter umum.
"Kami lebih concern dengan layanan primer, untuk mampu mendeteksi dini ibu hamil berisiko tinggi, agar dokter umum diberikan kompetensi USG obstetri terbatas," ujarnya.
Adapun, target dari upaya tersebut adalah untuk mengetahui gejala ibu yang rentan mengalami komplikasi kehamilan.
"Supaya tahu bahwa hamilnya di dalam rahim, tidak di luar. Kemudian, mendeteksi bayi ada denyut jantungnya, letak plasentanya tepat, bayinya tidak melintang, dan lainnya. Sekarang di FKUI juga ada modul USG, jadi lulusannya yang jadi dokter umum bisa melakukan USG dengan sangat baik," jelasnya.
Dalam wawancara sebelumnya, Menteri Kesehatan (Menkes) Budi Gunadi Sadikin mengemukakan alasan di balik rencana pelatihan dokter umum yang bisa membantu melakukan operasi caesar di daerah terpencil untuk ibu hamil.
Dia mengklaim dirinya diperintahkan Presiden Prabowo Subianto untuk membuka 66 rumah sakit di daerah terpencil. Dari peninjauannya seperti di Nias, Talibu, Anambas, Kolaka, Konawe Utara dan lainnya, banyak ibu-ibu hamil yang meninggal karena tidak terlayani.
Bahkan saat dia dari Lampung, gubernurnya menunjukkan video bahwa ibu-ibu hamil yang akan melahirkan masih digotong manual dan naik perahu untuk ke dokter obgyn karena di lokasinya tidak ada dokter spesialis obgyn. Akhirnya, sebagian dari mereka meninggal dalam proses itu.