Ilustrasi kecerdasan buatan/doc.Microsoft
Health

Selfie Bisa Bantu Deteksi Kanker Berkat Teknologi AI

Mutiara Nabila
Minggu, 11 Mei 2025 - 09:45
Bagikan

Bisnis.com, JAKARTA - Teknologi bertenaga kecerdasan buatan (artificial intelligence/AI) terus berkembang, temasuk di dunia kesehatan. Kali ini, sebuah langkah mudah menggunakan teknologi ini sudah bisa membantu mendeteksi kanker. 

Dokter sering kali memulai pemeriksaan dengan tes cepat dari apa yang terlihat di permukaan, misalnya tentang apakah pasien tampak lebih tua atau lebih muda dari usianya, yang dapat memengaruhi keputusan medis utama.

Penilaian intuitif itu mungkin akan segera bisa dilakukan dengan AI.

Dilansir The Telegraph, FaceAge, algoritma pembelajaran mendalam yang dijelaskan pada Kamis (8/5/2025) di The Lancet Digital Health, dapat mengubah foto kepala sederhana menjadi angka yang lebih akurat, mencerminkan usia biologis seseorang dibandingkan dengan usia aslinya. 

Model tersebut dilatih pada 58.851 potret orang dewasa yang dianggap sehat berusia di atas 60 tahun, yang diambil dari kumpulan data publik.

Model tersebut kemudian diuji pada 6.196 pasien kanker yang dirawat di Amerika Serikat dan Belanda, menggunakan foto yang diambil sebelum radioterapi. 

Studi FaceAge menunjukkan pasien dengan keganasan tampak rata-rata 4,79 tahun lebih tua secara biologis daripada usia kronologis mereka.

Penulis studi mengatakan alat ini juga dapat membantu dokter memutuskan siapa yang dapat menoleransi perawatan kanker yang panjang dan menyiksa dengan lebih aman, dan siapa yang bisa mendapatkan perawatan yang lebih ringan. 

"Kami berhipotesis bahwa FaceAge dapat digunakan sebagai biomarker dalam perawatan kanker untuk mengukur usia biologis pasien dan membantu dokter membuat keputusan sulit ini," kata penulis senior Raymond Mak, seorang onkolog di Mass Brigham Health, sistem kesehatan yang berafiliasi dengan Harvard di Boston, dikutip Jumat (9/5/2025).

Contohnya, ketika seorang pria berusia 75 tahun yang lincah dengan usia biologis 65 tahun di foto, dibandingkan dengan seorang pria berusia 60 tahun yang lemah dengan usia biologis 70 tahun di foto. 

Hal ini bisa membantu menentukan perawatan radiasi agresif mungkin lebih cocok untuk pasien yang pertama, dan akan berisiko untuk yang kedua.

Logika yang sama juga dapat membantu memandu keputusan tentang operasi jantung, penggantian pinggul, atau perawatan akhir hayat.

Bukti yang berkembang berdasarkan studi menunjukkan bahwa manusia menua pada tingkat yang berbeda, dibentuk oleh gen, stres, olahraga, dan kebiasaan seperti merokok atau minum. 

Sementara tes genetik yang mahal dapat mengungkapkan bagaimana DNA memudar seiring waktu. Sedangkan, FaceAge menjanjikan wawasan tersebut hanya dengan menggunakan swafoto atau selfie. 

Di antara pasien kanker, skor FaceAge yang lebih tinggi secara kuat memprediksi kelangsungan hidup yang lebih buruk, bahkan setelah memperhitungkan usia, jenis kelamin, dan jenis tumor yang sebenarnya, dan risiko meningkat tajam bagi siapa pun yang hasil pembacaan biologisnya melewati skor 85.

Lebih menarik lagi, FaceAge tampaknya juga dapat menilai tanda-tanda penuaan secara berbeda dari manusia. Misalnya, rambut yang memutih atau botak tidak terlalu penting dibandingkan perubahan halus pada otot wajah.

FaceAge juga meningkatkan akurasi dokter. Delapan dokter diminta untuk memeriksa foto wajah pasien kanker stadium akhir dan menebak siapa yang akan meninggal dalam waktu enam bulan. Dengan data FaceAge, prediksi tepat dokter meningkat tajam.

Di sisi lain, alat AI tetap memiliki kekurangan. AI tengah diawasi ketat karena kurang akurat untuk pemeriksaan pada orang non-kulit putih. 

Mak mengatakan pemeriksaan awal tidak mengungkapkan bias rasial yang signifikan dalam prediksi FaceAge, tetapi kelompok tersebut melatih model generasi kedua pada 20.000 pasien.

Mereka juga menyelidiki bagaimana faktor-faktor seperti tata rias, operasi kosmetik, atau variasi pencahayaan ruangan dapat mengelabui sistem.

AI yang dapat membaca usia biologis dari swafoto dapat menjadi keuntungan bagi dokter, tetapi juga bisa disalahgunakan bagi perusahaan asuransi jiwa atau pemberi kerja yang ingin mengukur risiko.

"Ini menjadi sesuatu yang perlu diperhatikan, untuk memastikan bahwa teknologi ini hanya digunakan untuk kepentingan pasien," kata Hugo Aerts, salah satu pimpinan studi yang mengarahkan program AI dalam bidang kedokteran MGB.

Penulis : Mutiara Nabila
Bagikan

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terkini

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Terpopuler

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro