Bisnis.com, JAKARTA — Sejumlah studi terbaru menemukan bukti tentang bahaya rokok elektrik atau vape yang tengah menjadi tren di kalangan anak muda.
Sering dijadikan pengganti rokok, terlebih karena punya pilihan rasa yang enak dan beragam, para ahli mengatakan rokok elektrik beraroma ternyata dapat menyebabkan kerusakan paru-paru yang tidak dapat dipulihkan.
Studi yang diterbitkan di RSCI Univeristy of Medicine and Health Sciences mengamati seorang remaja AS menderita "paru-paru popcorn" setelah diam-diam menghisap rokok elektrik selama 3 tahun, dimana hasilnya penyakit ini permanen dan mengubah hidup.
Secara resmi dikenal sebagai bronkiolitis obliterans, paru-paru popcorn dapat melukai saluran udara terkecil di paru-paru, menyebabkan batuk kronis, mengi, kelelahan, dan sesak napas.
Penyakit ini sebelumnya pernah dikaitkan dengan paparan diasetil di pabrik popcorn. Namun, kekhawatiran saat ini berpusat pada beragam bahan kimia yang ditemukan dalam uap rokok elektrik.
Banyak dari bahan perasa pada rokok elektrik ini, meskipun aman untuk ditelan, dapat menjadi racun saat dipanaskan dan dihirup, yang dapat menyebabkan kerusakan langsung pada paru-paru dan aliran darah tanpa pertahanan penyaringan alami tubuh.
Meningkatnya penggunaan rokok elektrik, terutama di kalangan anak muda yang menyukai rasa buah dan permen, telah menciptakan batas kesehatan baru yang berbahaya.
Dengan lebih dari 180 zat aditif yang digunakan dalam cairan rokok elektrik, beberapa dapat terurai menjadi senyawa yang belum teruji atau berbahaya saat dipanaskan, para ahli mengatakan tindakan pengambilan kebijakan sangat dibutuhkan.
Diagnosis pada remaja tersebut juga menjadi pengingat yang jelas bahwa zat kimia yang dihirup yang dulunya dianggap tidak berbahaya dan bahkan disebut bisa menggantikan efek buruk rokok, ternyata dapat menimbulkan efek yang sangat buruk saat dihisap.
Hal ini menggarisbawahi perlunya kontrol yang lebih ketat dan kesadaran publik untuk mencegah kerusakan yang tidak dapat dipulihkan.