Bisnis.com, JAKARTA - Riset YouGov Indonesia mengenai tren 'Kabur Aja Dulu' membuktikan bahwa Gen Z menjadi generasi yang paling berminat pergi ke luar negeri, baik untuk studi, bekerja, bahkan memulai bisnis.
Survei yang melibatkan 2.003 responden pada 24-27 Februari 2025 ini mencoba melihat perbedaan dari empat generasi usia terhadap tren Kabur Aja Dulu. Mulai dari Baby Boomers yang lahir pada 1946-1964, Gen X kelahiran 1965-1980, Milenial yang lahir sekitar 1981-1996, dan Gen Z kelahiran 1997-2009.
Hasilnya, hanya responden Gen Z yang lebih dominan mempertimbangkan kemungkinan pindah ke luar negeri dalam beberapa tahun ke depan, tepatnya 41% dari total. Sementara yang netral 31% dan tidak ingin pindah 28% saja.
Sebaliknya, 44% responden Milenial cenderung tidak ingin pindah, disusul yang ingin pindah 32%. Angka keinginan tidak ingin pindah lebih tinggi lagi untuk para Gen X dan Baby Boomers, tepatnya masing-masing 53% dan 71%.
Edward Hutasoit General Manager YouGov Indonesia, menjelaskan bahwa sebagai perusahaan riset konsumen, pihaknya ingin memahami apakah Kabur Aja Dulu sekedar tren, atau benar-benar ada niat untuk pindah ke luar negeri.
Sebab, dalam dunia konsumen, tren yang hanya menjadi topik hangat terkadang benar-benar mendorong orang untuk bertindak, seperti melakukan pembelian layanan tertentu.
"Kami melihat pola serupa dalam tren migrasi ini. Bagi sebagian orang, ini mungkin hanya sekadar wacana. Tapi bagi yang lain, bisa jadi ini adalah langkah nyata yang sedang dipertimbangkan," jelasnya dalam laporan riset, dikutip Sabtu (8/3/2025).
Selain faktor generasi, status pernikahan dan latar belakang profesional juga berpengaruh terhadap niat untuk pindah. Responden yang belum menikah lebih terbuka terhadap kemungkinan pindah ke luar negeri (42%), sementara mereka yang sudah menikah cenderung memilih untuk tetap di Indonesia (49%).
Menariknya, jika sebelumnya pindah ke luar negeri untuk studi sudah menjadi hal yang umum, kini usia produktif Indonesia juga mulai mempertimbangkan untuk pindah demi memulai bisnis atau berkarier di luar negeri.
"Hal ini menunjukkan bahwa keputusan untuk bermigrasi bukan hanya didorong oleh pendidikan, tetapi juga faktor ekonomi dan peluang usaha yang lebih luas," tambah Edward.
Hasil survei ini juga menemukan bahwa 29% individu yang ingin pindah ke luar negeri melakukannya dengan tujuan memulai bisnis sendiri. Kelompok ini didominasi oleh profesional tingkat tinggi dan individu dari kelas sosial-ekonomi atas, dengan negara tujuan utama untuk memulai usaha adalah Jepang (51%), Australia (27%), dan Swiss (18%).
Dalam konteks motivasi, sebagian besar mahasiswa dan akademisi melihat ini sebagai kesempatan untuk melanjutkan studi (52%), sementara profesional muda mempertimbangkan peluang bisnis dan karir global (39%).
Di sisi lain, tidak semua generasi memiliki pandangan yang sama terhadap masa depan Indonesia. Gen X tercatat sebagai kelompok yang paling optimis, dengan 40% merasa yakin akan arah perkembangan negara. Sebaliknya, Gen Z memiliki tingkat pesimisme tertinggi, dengan 37% merasa kurang yakin terhadap masa depan Indonesia.
Perbedaan ini mencerminkan bagaimana pengalaman hidup dan tahapan karir dapat mempengaruhi cara pandang seseorang terhadap peluang di dalam negeri maupun di luar negeri.
Namun, tidak semua individu melihat luar negeri sebagai pilihan utama. Di antara mereka yang memilih untuk tetap di Indonesia, banyak yang merespons perubahan dengan strategi seperti meningkatkan karier lokal (41%), mempertimbangkan pendidikan lanjutan (16%), atau mengadopsi gaya hidup yang lebih hemat (40%).
"Harapannya riset ini dapat membantu memperlihatkan bahwa minat terhadap suatu gagasan tidak selalu berarti tindakan langsung, tetapi dapat menjadi indikator dari aspirasi dan perubahan perilaku yang lebih luas," tutupnya.