Bisnis.com, JAKARTA -- Menjelang momentum Ramadan dan Hari Raya Idulfitri bisa dimanfaatkan oleh pelaku usaha untuk memaksimalkan keuntungan.
Pasalnya, menjelang Ramadan dan Idulfitri, perilaku konsumen akan mengalami perubahan. Seperti dalam studi yang dilakukan YouGov oleh Meta pada 2024 menunjukkan bahwa ada 38% pembeli atau pengamat yang mulai merencanakan belanja setidaknya 20 hari sebelum lebaran.
Sedangkan, menjelang akhir Ramadan, masyarakat terutama kalangan pekerja akan mendapatkan Tunjangan Hari Raya (THR), yang akan dibelanjakan untuk keperluan lebaran.
Co-Founder dan Advisor UKMINDONESIA.ID, Dewi Meisari Haryanti menyebutkan, mengutip data Badan Pusat Statistik (BPS) bahwa ada sekitar 56 juta orang yang menjadi karyawan di perusahaan dan bekerja di sektor formal.
Jutaan karyawan tersebut akan menerima THR Ramadan tahun ini pada sekitar 17 - 24 Maret 2025, dengan perkiraan akan ada sekitar Rp140 triliun, bahkan lebih, uang dari THR yang bisa dibelanjakan selama periode tersebut.
"Nah berarti akan ada ledakan belanja di sekitar tanggal-tanggal itu, yang bisa dimanfaatkan untuk memaksimalkan keuntungan," terangnya dalam Media Briefing bersama Meta di Jakarta, Selasa (25/2/2025)
Oleh karena itu, pelaku UMKM bisa merencanakan produk apa yang akan dijual untuk memaksimalkan penjualan, terutama secara online.
Berdasarkan data dua e-commerce terbesar di Indonesia, Shopee dan Tokopedia, terdapat kesamaan dalam tren produk yang banyak diincar selama Ramadan dan Lebaran.
Pertama, ada fashion muslim. Di Shopee banyak yang mencari gamis, pasmina, baju koko, scarf wanita. Sementara, di Tokopedia itu yang paling laku adalah busana muslim kompak sekeluarga, baik yang bisa dibeli sepaket untuk sekeluarga, maupun a la carte.
Kemudian di Tokopedia, pembelian produk otomotif juga peningkat. Tren ini diperkirakan karena menjelang akhir Ramadan, masyarakat akan melakukan mudik ke kampung halaman, sehingga akan banyak melakukan perbaikan atau modifikasi pada kendaraannya.
Selain itu, ada produk dekorasi rumah menjelang lebaaran seperti taplak meja untuk ruang tamu dan ruang keluarga, dan tempat menyimpan makanan yang cantik.
"Banyak pula yang mulai beli peralatan membuat kue pada periode Ramadan dan menjelang Lebaran ini," lanjutnya.
Di Shopee, produk yang laris pada periode Ramadan dan Lebaran adalah amplop lebaran dengan gambar yang lucu, berbeda dengan yang sudah ada di toko-toko.
Kemudian, ada hampers lebaran, tas atau kemasan untuk menaruh hampers, dan juga kurma.
Lalu, bagaimana cara memaksimalkan penjualan pada periode ini?
Dewi menjelaskan bahwa hal yang tren bukan berarti harus dijual semua pada periode ini. Namun, bagi pemilik usaha yang termasuk dalam tren bisa memaksimalkan penjualan dengna memberikan nilai tambah.
"Misalnya jual hampers, sediakan juga layanan memberikn kartu ucapan yang bisa dikustom oleh konsumen, sehingga bisa menjadi one-stop-solution untuk pelanggan," jelasnya.
Bagi penjual produk fashion atau makanan dan minuman, agar terbuka pada kesempatan untuk berkolaborasi, sehingga bisa menyediakan tak hanya produk sendiri, tapi yang menjawab kebutuhan pelanggan.
"Jadi udah banyak contoh. Misalnya brandnya minuman, berkolaborasi sama brand makanan. Atau brand saya kerajian tangan gitu, kolaborasi sama brand makanan, dan produk kerajinan tangannya jadi wadahnya," imbuhnya.
Setelah memutuskan untuk berkolaborasi dan akan menambah produk untuk memenuhi kebutuhan pelanggan, selanjutnya memikirkan untuk membuat konten iklan dan memasarkannya.
"Nah dalam membuat konten ini saya lihat banyak UMKM ini masih banyak yang kurang mencurahkan pikiran dan hatinya dalam menyusun konten gitu ya. Padahal penting banget gitu. Karena kalau kontennya enggak bagus, terus kita iklanin juga cuannya enggak balik nanti," lanjutnya.
Dalam membuat konten, lanjut Dewi, selain dengan menjawab keresahan konsumen, tapi juga mengedepankan empati pada target pasarnya.
"Misalnya, dengan menjawab pertanyaan-pertanyaan seperti siapa yang lebih sibuk urus belanja di momen lebaran? Perempuan ya? Jadi kita bikin narasi, kata-kata, panggilan buat perempuan. Lalu pikirkan, apakah dia sibuk, punya waktu untuk pilih-pilih produknya atau tidak, baru kemudian bagaimana upselling dan lainnya," paparnya.