Bisnis.com, JAKARTA – Artis Jessica Iskandar sempat mengalami pendarahan ketika melahirkan putri ketiganya awal Desember 2024.
Dikabarkan oleh suami dan kakaknya, Jessica harus transfusi darah hingga 4 kantong darah, dan menjalani operasi.
Kondisi itu, katanya, karena dia mengalami plasenta lengket atau dalam bahasa medis disebut plasenta Akreta atau spektrum plasenta akreta (PAS).
Ini adalah komplikasi kehamilan serius yang terjadi ketika plasenta menempel terlalu dalam ke dinding rahim.
Plasenta akreta membuat ibu hamil berisiko mengalami kehilangan darah yang parah hingga mengancam jiwa dan komplikasi lainnya. Komplikasi dapat menyebabkan kehilangan darah yang parah dan peningkatan angka histerektomi dan kematian ibu.
Faktor risiko plasenta akreta adalah sebagai berikut
1. Pernah menjalani Operasi Caesar sebelumnya
Orang yang pernah menjalani beberapa operasi caesar memiliki risiko lebih tinggi terkena plasenta akreta. Ini akibat dari jaringan parut pada rahim Anda akibat prosedur ini.
Semakin banyak operasi caesar yang dilakukan seorang wanita dari waktu ke waktu, semakin tinggi risikonya terkena plasenta akreta. Operasi caesar multipel terjadi pada lebih dari 60% kasus.
2. Riwayat operasi rahim
Jika fibroid rahim (pertumbuhan non-kanker atau tumor otot rahim) telah diangkat, jaringan parut tersebut dapat menyebabkan plasenta akreta. Operasi seperti kuretase (pengangkatan jaringan dari rahim) atau ablasi endometrium juga dapat menyebabkan jaringan parut.
3. Plasenta previa
Kondisi ini terjadi ketika plasenta menghalangi leher rahim Anda. Pada orang dengan plasenta previa dan riwayat persalinan caesar sebelumnya, risiko plasenta akreta meningkat seiring dengan jumlah operasi caesar yang mereka jalani.
4. Usia ibu lebih dari 35 tahun
Jika usia ibu melahirkan lebih dari 35 tahun juga berisiko mengalami plasenta akreta
Risiko plasenta akreta bagi ibu yang melahirkan
- Persalinan prematur.
- Kerusakan pada rahim dan organ sekitarnya.
- Hilangnya kesuburan karena histerektomi.
- Pendarahan berlebihan yang memerlukan transfusi darah.
- Masalah pembekuan darah.
- Gagal paru atau ginjal.
- Kematian.
Plasenta akreta dapat mempengaruhi hingga 1 dari 533 kehamilan. Kejadian plasenta akreta telah meningkat selama beberapa dekade terakhir, sebagian besar disebabkan oleh meningkatnya angka operasi caesar.
Gejala dan Penyebab dan Deteksi
Kelainan pada lapisan rahim Anda menyebabkan plasenta akreta. Lapisan rahim Anda bisa rusak atau tergores akibat operasi rahim sebelumnya. Hal ini juga dapat terjadi pada orang yang belum pernah menjalani operasi rahim.
Biasanya tidak ada gejala plasenta akreta. Dalam beberapa kasus, Anda mungkin mengalami pendarahan pada trimester ketiga kehamilan (minggu ke 28 hingga 40) atau nyeri panggul (akibat plasenta menekan kandung kemih atau organ lain).
USG prenatal dapat mendiagnosis plasenta akreta selama kehamilan. Pencitraan resonansi magnetik (MRI) dalam beberapa kasus dapat membantu untuk menunjukkan seberapa dalam plasenta telah menembus dinding rahim Anda.
Dalam kasus lain, penyedia layanan kehamilan menemukan plasenta akreta setelah bayi Anda lahir. Idealnya, kontraksi rahim mengeluarkan plasenta dalam waktu 30 menit setelah melahirkan. Jika hal ini tidak terjadi, penyedia layanan kesehatan Anda mungkin mencurigai adanya plasenta akreta.
Diagnosis dini plasenta akreta sangat penting karena memungkinkan banyak penyedia layanan kesehatan untuk terlibat dalam perawatan kehamilan dan persalinan Anda. Misalnya, ahli neonatologi mungkin terlibat dalam perawatan bayi baru lahir Anda, atau ahli perinatologi mungkin terlibat dalam perawatan Anda. Penyedia layanan Anda akan memantau Anda dengan cermat untuk memastikan hasil terbaik untuk Anda dan bayi Anda. (Tesalonika Loris)
