Perokok anak sedang menghisap sepuntung rok0k/Yayasan Lentera anak
Health

Larangan Tembakau Bantu Cegah 1,2 juta Kematian Akibat Kanker Paru

Mutiara Nabila
Rabu, 9 Oktober 2024 - 16:35
Bagikan

Bisnis.com, JAKARTA -- Sebuah studi baru-baru ini menunjukkan bahwa menciptakan generasi tanpa perokok melalui pelarangan tembakau dapat mencegah 1,2 juta kematian akibat kanker paru di seluruh dunia.

Studi simulasi yang telah diterbitkan dalam jurnal The Lancet Public Health ini merupakan salah satu yang pertama dalam jenisnya. Penelitian ini dilaksanakan oleh para peneliti dari Universitas Santiago de Compostela dan Badan Internasional untuk Penelitian Kanker (IARC), bekerja sama dengan para ahli global. 

Studi tersebut mengusulkan bahwa pelarangan penjualan rokok dan produk tembakau lainnya kepada individu yang lahir antara 2006 dan 2010 dapat menyebabkan penurunan signifikan dalam kematian akibat kanker paru pada 2095.

Temuan penelitian ini menekankan bahwa membangun "generasi bebas tembakau" dapat secara signifikan mengurangi jumlah kematian akibat kanker paru-paru terkait rokok di masa mendatang.

Saat ini, rokok merupakan penyebab utama kematian yang dapat dicegah secara global, yang berkontribusi terhadap lebih dari dua pertiga dari 1,8 juta kematian akibat kanker paru setiap tahun.

“Kanker paru merupakan pembunuh utama di seluruh dunia, dan dua pertiga kematian terkait dengan satu faktor risiko yang dapat dicegah, yaitu dengan mencegah rokok,” kata penulis utama penelitian, Julia Rey Brandariz dari University of Santiago de Compostela, dilansir Earth.com, Selasa (8/10/2024). 

Menurut Brandariz, hal ini tidak hanya dapat menyelamatkan banyak nyawa, tetapi juga dapat mengurangi beban sistem kesehatan dalam merawat dan merawat orang yang sakit akibat merokok.

Meskipun ada potensi dampak, saat ini tidak ada negara yang memiliki undang-undang yang melarang penjualan tembakau kepada kaum muda. 

Upaya penting seperti di Selandia Baru untuk melarang penjualan tembakau kepada individu yang lahir pada atau setelah 2009 bahkan baru-baru ini dicabut.

Sebagian besar penelitian sebelumnya tentang pembatasan tembakau berfokus pada manfaat kesehatan tanpa membahas potensinya untuk mengurangi kematian.

Namun, studi ini menjadi yang pertama kali mengkaji dampak jangka panjang dari generasi bebas tembakau terhadap mortalitas kanker paru, dengan fokus pada individu yang lahir antara 2006 dan 2010, sejalan dengan usia legal untuk membeli tembakau di sebagian besar negara.

Para peneliti menggunakan data historis dari 82 negara dalam Basis Data Mortalitas WHO dan menerapkannya pada basis data GLOBOCAN 2022, platform statistik kanker global IARC, untuk memprediksi tingkat kematian kanker paru di masa mendatang bagi individu yang lahir selama periode ini.

Jumlah kematian akibat kanker paru yang dapat dicegah akibat merokok juga dihitung menggunakan data dari studi sebelumnya terhadap bukan perokok.

Dari analisis yang dilakukan, menunjukkan bahwa menghilangkan kebiasaan merokok di antara generasi ini dapat mencegah sekitar 1,2 juta kematian akibat kanker paru-paru di 185 negara.  

Hal ini mewakili 40,2% dari total kematian akibat kanker paru yang diperkirakan terjadi pada kelompok ini pada 2095.

Studi tersebut juga memperkirakan bahwa hampir setengah dari kematian akibat kanker paru di kalangan pria tepatnya 45,8% atau 844.200 dari 1,8 juta kematian, dapat dicegah, sementara hampir sepertiga dari kematian pada wanita, tepatnya 30,9% atau 342.400 dari 1,1 juta kematian dapat dihindari.

Masalahnya, meskipun tingkat merokok di negara-negara berpendapatan tinggi telah menurun dalam beberapa tahun terakhir, kanker paru-paru tetap menjadi penyebab utama kematian dan penyakit. 

"Namun, di negara-negara berpendapatan rendah dan menengah, yang populasi kaum mudanya tumbuh pesat, dampak pelarangan penjualan tembakau bisa jadi lebih besar," kata penulis studi Isabelle Soerjomataram dari Badan Internasional untuk Penelitian Kanker.

Soerjomataram mencatat bahwa salah satu alasan mengapa penghapusan rokok dapat menyelamatkan banyak nyawa di negara-negara berpendapatan rendah dan menengah adalah karena populasi mereka cenderung lebih muda daripada negara-negara berpendapatan tinggi.

“Merokok juga masih sangat umum di banyak negara ini, sementara angkanya telah menurun di banyak negara berpendapatan tinggi," imbuhnya. 

Namun, para penulis penelitian menyadari masih ada keterbatasan dari studi ini, yakni ketidakmampuan untuk memperhitungkan faktor-faktor seperti pasar gelap atau masalah kepatuhan.

Penelitian ini juga tidak memperhitungkan rokok elektrik atau perubahan tingkat kanker paru di antara mereka yang bukan perokok karena adanya perbaikan dalam perawatan kesehatan. 

Namun, dengan fokus penelitian pada rokok tembakau, temuan tersebut menjadi dasar kuat untuk kebijakan bebas tembakau yang bertujuan untuk mengurangi kematian akibat kanker paru dan meningkatkan hasil kesehatan global.

“Intinya, kami memperkirakan bahwa lebih dari 1,1 juta kematian akibat kanker paru-paru di 185 negara dapat dicegah dalam satu kelompok kelahiran 5 tahun jika kebiasaan merokok dihilangkan,” tulis para peneliti.

Oleh karena itu, para peneliti menegaskan agar adanya penerapan langkah-langkah pengendalian tembakau dari pemerintah tiap-tiap negara untuk membantu mengurangi prevalensi merokok.5

Penulis : Mutiara Nabila
Bagikan

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terkini

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Terpopuler

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro