Pemandangan umum kota menyusul peningkatan polusi udara di Teheran, Iran, 5 Desember 2023. Majid Asgaripour/WANA (Kantor Berita Asia Barat) melalui REUTERS
Health

Studi Terbaru Ungkap Polusi Udara Lebih Berisiko Picu Stroke daripada Rokok

Mutiara Nabila
Rabu, 25 September 2024 - 21:07
Bagikan

Bisnis.com, JAKARTA - Studi terbaru menunjukkan bahwa polusi udara dan suhu tinggi kini menjadi salah satu penyebab utama kejadian dan prevalensi stroke di seluruh dunia. 

Dilansir The Print, berdasarkan sebuah laporan baru yang diterbitkan pekan lalu dalam jurnal The Lancet Neurology mengkaji data dari 1990 hingga 2021 untuk menilai kejadian, penyebab, faktor risiko, dan variasi regional kematian akibat stroke di 204 negara.

Studi ini merupakan analisis dari Studi Beban Penyakit Global (Global Burden of Disease/GBD) terbaru, yang diterbitkan pada 2021. Dipimpin oleh ahli saraf Valery L Feigin, direktur Auckland University of Technology di Selandia Baru, studi ini akan muncul dalam volume 23, edisi 10 jurnal tersebut pada Oktober.

Asia Selatan, bersama dengan Amerika Latin, Asia Tengah, dan Afrika, merupakan salah satu kawasan teratas di mana polusi udara sekitar menjadi faktor risiko tinggi untuk kematian dan kecacatan terkait stroke. 

Demikian pula, kematian dan kecacatan terkait stroke yang dikaitkan dengan faktor risiko lain seperti polusi udara rumah tangga dari bahan bakar padat juga lebih banyak terjadi di Asia Selatan dibandingkan dengan Eropa Barat atau Amerika Utara. 

Salah satu tren terpenting yang diperhatikan oleh analisis ini adalah bahwa setelah tekanan darah sistolik tinggi, polusi udara sekitar merupakan faktor risiko tertinggi kedua untuk kematian dan kecacatan terkait stroke di seluruh dunia. 

Polusi udara bertanggung jawab atas 16,6% tahun hidup yang disesuaikan dengan kecacatan akibat stroke (disability-adjusted life years/DALY). Angka tersebut lebih tinggi daripada merokok, yang hanya sebesar 13,3%.

Penelitian tersebut menambahkan bahwa terdapat peningkatan sebesar 14,8% dalam prevalensi stroke pada orang yang berusia di bawah 70 tahun. 

Meningkatnya jumlah penyebab dan kejadian stroke, mendorong Institut Metrik dan Evaluasi Kesehatan (IHME) University of Washington untuk mencermati secara kritis faktor risiko stroke dan metode pencegahannya.

Laporan ini disusun berdasarkan fakta bahwa pada 2021, di mana terdapat total 11,9 juta kasus stroke baru di dunia. Stroke juga merupakan penyebab kematian tertinggi ketiga, setelah penyakit jantung koroner dan Covid-19, dan merupakan penyebab kecacatan tertinggi keempat di dunia.

Penelitian lain tentang dampak polusi udara terhadap stroke

Dampak polusi udara terhadap stroke juga pernah dipelajari sebelumnya, dan pertama kali terungkap pada 2016 oleh tim GBD IHME yang sama.

Bahkan di New Delhi, dari sebuah studi skala kecil yang dilakukan pada 2021 menemukan bahwa peningkatan kadar PM2.5 (partikel berukuran kurang dari 2,5 mikrometer) menyebabkan peningkatan kejadian stroke berulang. 

Studi yang lebih besar yang dilakukan di Polandia dan negara-negara lain menunjukkan bahwa paparan konsentrasi partikel tinggi di udara menyebabkan peningkatan kejadian stroke selama musim dingin, untuk kelompok usia rata-rata 70 tahun.

Karena polusi udara sekitar dan suhu tinggi sebenarnya dapat ditindaklanjuti, seperti halnya preferensi makanan, studi tersebut menunjukkan bahwa hampir 84% faktor risiko stroke sebenarnya dapat 'dimodifikasi'.

Artinya, stroke kemungkinan dapat dicegah jika langkah-langkah diambil, baik pada tingkat individu maupun nasional atau global untuk mengatasi faktor risiko tinggi seperti polusi udara.

Penulis : Mutiara Nabila
Bagikan

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terkini

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Terpopuler

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro