Bisnis.com, PONOROGO -- Kenikmatan satai Ponorogo tak hanya terasa jika dimakan langsung di tempat asalnya, Ponorogo. Anda pun bisa membungkusnya sebagai buah tangan untuk keluarga di rumah ataupun rekan-rekan sekantor.
Memang kenikmatannya terasa berbeda jika tak dinikmati sesegera mungkin setelah dibakar. Hanya saja, tidak sedikit penggemar satai Ponorogo yang memilih untuk membungkus makanan tersebut sebagai oleh-oleh untuk keluarga di rumah.
Maklum saja, wareng satai Ponorogo jarang tersedia di kota-kota lain.
Darmanto, pedagang satai di Jalan Gajah Mada, Ponorogo, mengatakan tak sedikit konsumen yang membeli makanan khas Kota Reog tersebut untuk dibawa pulang.
"Setelah makan, banyak juga yang beli untuk dibawa pulang. Ada juga yang buat oleh-oleh, bisa bertahan sampai 3 hari," tuturnya kepada Tim Bisnis Indonesia Liputan Lebaran Jelajah Jawa Bali 2017, Rabu (28/6/2017).
Satai Ponorogo yang memiliki kekhasan baik dari rasa maupun dagingnya ini sangat disukai konsumen yang gemar menikmati makanan dengan citarasa manis dan gurih.
Tampilan satai tersebut berbeda dengan satai pada umumnya. Dagingnya tidak dipotong menyerupai dadu seperti satai ayam pada umumnya, melainkan disayat tipis panjang menyerupai fillet, sehingga membuat satai ini lebih empuk.
Satai Pak Darmanto, dan pedagang lain, melayani pesanan "take away" dengan membungkusnya menggunakan besek (anyaman bambu). Besek diberikan cuma-cuma jika pesanan satai melebihi lima porsi, sementara jika membeli kurang dari itu, dikenakan biaya pengganti senilai Rp3.000.
Satai Ponorogo di kawasan Gajah Mada dibanderol Rp18.000 per porsi.
Tim peliput: Agne Yasa, David Eka Issetiabudi, Feri Kristianto, dan Yanita Petriella