Sejumlah serangan tersebut memiliki kesamaan yakni dilakukan oleh oknum dengan sejarah penyakit mental. Di sisi lain, dari sejumlah kejadian hanya sedikit pelaku yang memiliki hubungan langsung dengan kelompok ekstrimis.
Pejabat anti terorisme seperti dikutip dari Reuters menemukan bahwa pelaku penyerangan dalam sejumlah kasus baru-baru ini memiliki gangguan mental. Ini termasuk penembakan massal di klub malam gay di Orlando, Florida, pembunuh anggota parlemen Inggris di Inggris bagian Utara, pembunuh anggota Polisi di Baton Rouge, Louisiana dan Dallas, Texas, pelaku serangan dengan Truk di Prancis pada perayaan Bastille Day, serta Penembakan massal di pusat perbelanjaan Jerman pada Jumat lalu.
Pada Sabtu, (23/7/2016) Kepala Polisi Munich Hubertus Andrae mengatakan pelaku penembakan di sebuah pusat perbelanjaan di Munich yang diidentifikasi sebagai Ali David Sonboly dalam sebuah laporan berita, telah menjalani perawatan kejiwaan sebelum melakukan penyerangan dan terobsesi dengan penembakan massal. Dia tidak memiliki catatan kriminal sebelumnya dan tidak memiliki catatan hubungan dengan kelompok ekstrimis manapun.
Adapula pria berusia 18 tahun keturunan Jerman-Iram yang menembak dan menewaskan Sembilan orang dekat pusat perbelanjaan Olympia.
“Sistem yang saat ini digunakan untuk mencari para oknum atau ekstrimis tidak dibuat untuk mengidentifikasi seseorang dengan sejarah gangguan mental yang kemudian bersentuhan dengan orang atau propaganda yang bisa memicu mereka untuk terlibat dalam kekerasan,” sebut petugas yang tidak ingin disebutkan namanya seperti dikutip dari reuters, Senin (27/7/2016)
Dalam serangan di Orlando, pihak investigator menyebutkan pelaku sempat menyaksikan propaganda jihadis secara online, yang kemungkinan di produksi oleh ISIS.
Dalam kasus lain, seorang sumber yang terlibat dalam investigasi memberi tahu CNN bahwa pelaku penembakan di Baton Rouge, Gavin Loong mengatakan pada teman dan kerabatnya bahwa dia menderita kelainan pasca kejadian traumatis.
“Ketika seorang dengan masalah kesehatan mental mengamuk, biasanya ada stimulus eskternal yang juga terlibat dan menyediakan sejenis kerangka terorganisir untuk aksi kekerasan. Mengidentifikasi orang-orang yang melakukan aksi bunuh diri dan melakukan sesuatu untuk mencegah serangan sangatlah susah” sebut Paul Pillar, seorang mantan analis CIA.