Bisnis.com, JAKARTA--Banyak pegawai atau pekerja yang kerap merasa seolah-olah 24 jam/hari tidak cukup untuk menyelesaikan tugas yang bertumpuk-tumpuk. Pada akhirnya, tidak sedikit dari mereka yang membiarkan tugasnya terbengkalai dan tidak berhasil memenuhi deadline.
Jika Anda termasuk pekerja yang sering mengalami hal tersebut, bisa jadi ada sesuatu yang salah dengan kebiasaan harian Anda. Ada baiknya mulai sekarang belajar untuk mengorganisir beban tugas yang terbengkalai. Namun, bagaimana cara melakukannya?
Berdasarkan hasil riset dari Ball State University di Indiana, Amerika Serikat, mengatasi tugas yang terbengkalai dapat dimulai dari membuat jadwal kapan Anda akan menyelesaikannya.
Langkah awal yang paling sederhana adalah dengan mulai menuliskan kapan, bagaimana, dan di mana tugas akan diselesaikan, sehingga Anda tetap dapat menikmati waktu santai pada malam hari sepulang bekerja.
Ketika sebuah target dibiarkan terbengkalai dan tidak terselesaikan, masalah itu akan cenderungi menggelayuti pikiran seorang pegawai, jelas Brandon Smit, peneliti Ball State University, sebagaimana dikutip dariReuters.
Oleh karena itu, lanjutnya, ambillah waktubreaksejenak dari tumpukan pekerjaan yang belum terselesaikan guna menghindari keletihan pikiran dan fisik. Dengan demikian, pekerja dapat kembali membangkitkanmoodpositif di lingkungan kerjanya.
Dengan mengambil istirahatseperti menghabiskanfamily timeberkualitasatau kencan dengan kekasihseseorang diyakini mampu memberikan performa kerja yang lebih baik keesokan harinya.
Smit melakukan survei terhadap 103 pekerja melalui situscrowdsourcingAmazon, Mechanical Turk. Para responden diminta mengisi dua kuesioneronlinesetiap hari selama lima hari kerja.
Para responden mengumpulkan satu kuesioner segera setelah bekerja setiap harinya, termasuk memberikan informasi tugas harian apa yang berhasil diselesaikan dan mana yang tidak tuntas.
Sementara itu, satu kuesioner lainnya dikumpulkan sebelum tidur. Kuesioner kedua ini berisi pengakuan responden tentang apa yang mereka pikirkan soal pekerjaan mereka setelah jam kantor selesai.
Hasilnya, lebih dari 50% responden tetap melanjutkan pekerjaan yang terbengkalai di rumah setiap hari. Sebagian pekerja menghabiskan setidaknya 40 jam/pekan untuk menyelesaikan tugas yang belum tuntas di kantor.
Di lain pihak, 50% responden menerima tugas secara acak untuk merencanakan kapan, di mana, dan bagaimana mereka akan menyelesaikan tugas. Salah satu contoh kasusnya adalah seorang analis kredit yang berencana menyelesaikan sengketa keuangan nasabah.
Saya akan pergi bekerja dan mulai pada 10:00 pagi dicall centerkantor saya. Saya akan menyalakan komputer, dan menghubungi nasabah melalui teleponmulti-lineguna menanyakan soal sengketa tersebut, papar responden tersebut.
Selanjutnya, dia berencana melakukan investigasi dan mengumpulkan bukti, serta membuat keputusan akhir, dan mengirimkan hasilnya kepada nasabah yang bersangkutan.
Dari contoh tersebut, Smit mengungkapkan kelompok pegawai yang tidak menuliskan rencana untuk menyelesaikan tugas yang terbengkalai cenderung membawa permasalahan tugas kantor sebagai pekerjaan rumah (PR). Mereka tetap terbebani saat pulang.
Saat ini semakin banyak pegawai yang kesulitan bersantai dan beristirahat dengan tenang sepulang kerja, imbuh Mark Cropley dari University of Surrey di Inggris yang menulis bukuThe Off Switch: Leave Work on Time, Relax Your Mind but Still Get More Done.
Cropley mengatakan banyak pegawai yang jatuh sakit akibat tidak mampu terbebas dari pikiran soal tuntutan-tuntutan pekerjaan serta tugas-tugas yang terbengkalai.
Tak sedikit yang pada akhirnya mengalami serangan jantung,mood swing, insomnia, keletihan, penurunan produktivitas, serta menunjukkan kecenderungan terus-menerus melakukan kesalahan di tempat kerja.
Salah satu cara untuk bebas dari tugas yang menumpuk adalah dengan melakukan kebiasaan yang melibatkan fokus pikiran. Misalnya, pulang kerja tepat waktu, tidak mengeceke-mailpekerjaan di rumah, atau terlalu mengkhawatirkan soal presentasi esok hari.
Terkadang kita sendirilah yang menyebabkan terbengkalainya tugas, dan mencampuradukkannya dengan waktu pribadi di luar jam kerja. Mulai sekarang, cobalah membiasakan diri dengan perencanaan dan berusaha lebih menghormati waktu istirahat Anda!