Sistem pernapasan/interactive-biology.com
Health

Universitas Otago Mendapat Dukungan Penuh Untuk Riset Tuberculosis

Atiqa Hanum
Kamis, 27 Agustus 2015 - 01:29
Bagikan

Bisnis.com, JAKARTA—Peneliti dari Universitas Otago mendapat dukungan dana sebesar US$450 ribu atau sebesar Rp5,8 milyar untuk melakukan penelitian genetis mengenai kekebalan tubuh terhadap obat tuberculosis (TB) di Indonesia dan Myanmar.

Badan Penelitian Kesehatan New Zealand mengumumkan pendanaan untuk kerjasama Program

Kemitraan Penelitian e-ASIA HRC beberapa waktu lalu. Penerima dana penelitian ini adalah Profesor Greg Cook dan Dr Htin Lin Aung dari Departemen Mikrobiologi dan Immunologi Universitas Otago dan Profesor Philip Hill dari Pusat Kesehatan Internasional. Proyek penelitian mereka bertujuan untuk mengidentifikasi faktor dasar genetis yang menyebabkan kekebalan tubuh terhadap obat TB di Indonesia dan Myanmar, negara dengan jumlah kasus kebal obat masing-masing sebanyak 6.800 dan 9.000 diperkirakan terjadi setiap tahunnya.

Cook mengatakan pemeriksaan dini atas kekebalan tubuh pasien terhadap obat TB sangat penting untuk penanganan penyakit yang lebih efektif. Metode tradisional “Baku Emas” yang biasa digunakan untuk mendiagnosis kasus kebal obat TB dikenal sebagai phenotypic Drug Suspectibility Testing (DST).

“Tes ini memerlukan proses berminggu-minggu yang melibatkan teknik kultur sel patogen pasien, menguji coba kultur tersebut terhadap berbagai macam obat dan melihat bagaimana reaksinya. Sementara ini, tidak ada cara lain untuk mengidentifikasi pengobatan yang diberikan kepada pasien sudah tepat atau belum,” ucapnya dalam siaran pers, Rabu (26/8).

Tim peneliti, tambahnya, akan mencoba memperjelas potensi metode alternatif lainnya, dikenal sebagai Whole Genome Sequencing (WGS), sebagai alat pengukuran DST dan identifikasi strain di Myanmar dan Indonesia. Mereka akan membandingkan hasil phenotypic DST dengan hasil dari identifikasi atas mutasi genetis kebal-obat yang sudah ada dengan WGS. Lalu mereka akan menginvestigasi perbedaan yang tidak jelas kemudian mengidentifikasi apakah WGS berpotensi sebagai tes pengganti atau pelengkap.

Aung, Peneliti postdoctoral keturunan Myanmar di Otago, mengatakan dirinya sangat bangga dapat terlibat dalam proyek penelitian yang dapat berkontribusi untuk negara asalnya. “Myanmar dan Indonesia sangat terkena dampak dari kasus kebal obat TB dan tes diagnosis cepat dibutuhkan untuk menangani ancaman global ini,” ucap Aung.

Aspek lain dari penelitian ini melibatkan studi apakah strain yang kebal obat disampaikan ke kontak rumah sesering strain yang peka obat. Profesor Hill dari Pusat Kesehatan Internasional mengatakan proyek ini menjadi contoh baik yang bertujuan mengadopsi sedini mungkin teknologi terkini yang sangat dibutuhkan.

“Hal ini juga memungkinkan kami untuk membangun dari kolaborasi riset TB yang sudah berjalan di Indonesia dengan menggabungkan kemitraan Otago di Myanmar dan juga membangun kerja sama baru dengan peneliti penyakit menular ternama dunia, termasuk di antaranya kelompok Profesor Sharon Peacock dari Univesitas Cambridge, Institut Penelitian Bloomsbury di London dan Institut Wellcome Trust Sanger,” tutupnya.

Penulis : Atiqa Hanum
Bagikan

Tags :


Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terkini

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Terpopuler

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro