Bisnis.com, JAKARTA-- “Reformasi, Reformasi, Reformasi Sampai Mati,”
Itulah teriakan para mahasiswa yang bergema di depan Gedung MPR/DPR. Ribuan mahasiswa ini menuntut Presiden Soeharto untuk turun dari jabatannya karena krisis moneter yang terjadi di Indonesia.
Pada saat itu, Soeharto baru saja terpilih kembali menjadi presiden untuk kesekian kalinya dan telah menjadi kepala negara Indonesia selama 32 tahun.
Akhirnya pada tanggal 21 Mei 1998 atas desakan mahasiswa dan beberapa pihak lainnya, Soeharto mengumumkan pengunduran dirinya di Istana Negara. Teriak haru, sujud syukur, dan berkibarnya bendera reformasi menjadi pemandangan di Gedung MPR/DPR.
Kejadian tersebut diulang kembali dan menjadi potongan-potongan adegan dalam film Di Balik 98. Film Di Balik 98 yang disutradarai Lukman Sardi ini merupakan film drama percintaan dan keluarga yang berlatar belakang peristiwa Mei 1998.
Film tentang Reformasi sampai mati ini berkisah sebuah keluarga yang tercerai berai dan sepasang kekasih yang harus berpisah akibat peristiwa naas itu.
Bagus berprofesi sebagai Letnan Dua harus menghadapi kenyataan pahit. Istrinya, Salma yang sedang hamil besar, hilang dalam kerusuhan. Bagus tidak bisa meninggalkan tugas negara begitu saja, namun di sisi lain dia khawatir istrinya hilang.
Adik iparnya, Diana marah besar mengetahui kakaknya hilang dan Bagus malah tetap bekerja bukannya segera mencari Salma.
Di sisi lain, Diana yang merupakan mahasiswi Trisakti dikisahkan ikut demonstrasi menjadi aktivis reformasi bersama kekasihnya Daniel. Dalam kerusuhan Mei tersebut, terjadi juga pembantaian etnis Tionghoa dan keluarga Daniel menjadi korban. Dia terpisah dengan ayah dan adiknya dalam pembantaian tersebut.
Film Di Balik 98 ini diperankan oleh deretan aktor dan aktris ternama seperti Donny Alamsyah, Ririn Ekawati, Chelsea Islan, dan Boy William.
Tidak sedikit juga pemain pendukung film Di Balik 98 ini seperti aktor Amoroso Katamsi yang untuk ketiga kalinya memainkan peran menjadi Soeharto.
Sebelumnya dia memerankan Soeharto muda dalam film besutan Arifin C. Noer, Penumpasan Pengkhianatan G 30 S PKI dan Djakarta 1966. Selain itu ada pula Agus Kuncoro yang berperan sebagai B.J Habibie, Iang Darmawan sebagai Harmoko dan Pandji Pragiwaksono sebagai Susilo Bambang Yudhoyono.
Dalam konferensi pers film Di Balik 98 ini, Lukman Sardi menegaskan film ini bukan film sejarah melainkan drama keluarga. Namun semua data yang ada di film ini bisa dipertanggungjawabkan.
“Kami melakukan riset, baik dari wawancara dan buku. Buku yang diambil pun merupakan buku yang sudah dipublikasikan, salah satunya adalah buku Pak Habibie,” tutur Lukman Sardi.
Lukman menjelaskan walaupun berbasis data, film Di Balik 98 ini tentunya melalui proses kreatif dan interpretasi sineas. Namun tidak melenceng dari tema yang diusung.
Menanggapi kabar mengenai somasi film ini karena dituduh memelintirkan sejarah, Lukman tidak banyak berkomentar. Dia hanya menjelaskan dari awal tidak menyiapkan tim hukum untuk film ini, karena dia tidak ingin membuat film yang kontroversi hingga disomasi.
Lukman menekankan film Di Balik 98 ini bukan film yang mengulas secara detail tragedi Mei 1998. Menurutnya tragedi Mei 1998 memiliki dua makna yakni positif dan negatif.
Positifnya yakni terjadinya reformasi di Indonesia. Sedangkan negatifnya terjadinya tindak kekerasan yang menelan banyak korban tidak bersalah dan meninggalkan bekas luka batin bagi banyak orang. Film Di Balik 98 berdurasi 107 menit ini bisa disaksikan mulai 15 Januari 2015 di bioskop.