Budaya dayak. Bangga berbudaya dayak, bangga dengan rupiah/Antara
Show

Bangga dengan Rupiah, Bangga Berbudaya Dayak

Sukirno
Rabu, 25 Juni 2014 - 20:07
Bagikan

Bisnis.com, PALANGKARAYA--Hujan mengguyur Palangkaraya tepat saat Deputi Gubernur Bank Indonesia Ronald Waas memaparkan sambutan di kota yang direncanakan oleh Presiden Soekarno menjadi pengganti Jakarta sebagai ibukota negara.

Guyuran hujan tak menyurutkan semangat ribuan masyarakat Palangkaraya untuk menyaksikan sebuah atraksi budaya Suku Dayak. Laki-laki, perempuan, tua dan muda hingga anak-anak, tampak antusias menunggu di kursi-kursi yang disediakan.

Halaman Kantor Perwakilan BI Wilayah Kalimantan Tengah disulap menjadi arena pertunjukkan dengan tata panggung yang sederhana berbalut kain-kain etnik khas Suku Dayak. Kursi-kursi penonton dibuat melingkar mengitari panggung.

Tepat di depan panggung, berjejer kursi VVIP yang telah diisi oleh Gubernur Kalteng Agustin Teras Narang, Kepala Kantor Perwakilan BI Kalteng Muhammad Nur, Bupati dan Walikota se-Kalteng, dan sejumlah tamu undangan penting lainnya.

Tepat pukul 20.30 WIB, pembawa acara memulai serentetan pembukaan. Acara yang dibuka oleh Ronald Waas itu menuai pujian dari Gubernur Teras Narang bahkan orang nomor satu di Kalteng itu langsung memanggil Kepala Dinas Pariwisata Kalteng dan meminta untuk membuat acara serupa secara rutin untuk agenda wisata.

"Ini sangat membanggakan bagi provinsi Kalteng karena ini pertama kali," ujar Teras Narang saat menyampaikan sambutannya.

Apa sebenarnya acara yang digelar oleh BI Wilayah Kalteng itu hingga membuat Teras Narang merasa perlu dikembangkan untuk agenda wisata?

Adalah Muhammad Nur, Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah Kalimantan Tengah, yang memiliki kegundahan terhadap sektor pariwisata di Kalimantan Tengah.

Dia bersama tim BI Wilayah Kalteng melakukan kajian ekonomi. BI melihat potensi sektor pariwisata terbilang cukup besar di Kalteng karena dalam 5 tahun terakhir, subsektor tersier berupa bisnis perhotelan dan wisata terus meroket.

Potensi pariwisata di bidang kebudayaan, tarian, dan keindahan alam dinilai dapat memicu pertumbuhan ekonomi yang dampaknya dapat langsung dirasakan oleh masyarakat Kalteng.

Dari kajian itu, BI memiliki inisiatif untuk mengadakan coffee morning dengan tokoh-tokoh adat Dayak, dinas pariwisata, pelaku usaha wisata, perhotelan dan pemangku kepentingan di sektor ini.

"Diawal, kami melakukan brainstorming. Kami tidak tahu awalnya dari mana. Ternyata justru mereka antusias sekali terutama dari pihak swasta para pelaku wisata karena selama ini tidak ada yang mengkoordinir," tuturnya.

Pertemuan itu menghasilkan kesepakatan untuk bertemu kembali hingga beberapa kali. Pemerintah Kota Palangkaraya menangkap niat BI dengan menerbitkan surat keputusan untuk membentuk tim pengembangan budaya dan pariwisata.

Nur pada awalnya ingin membuat sebuah kegiatan tujuan destinasi wisata baru. Pasalnya, setiap kali ada tamu yang berkunjung ke Kalteng, dia selalu bingung untuk mengajak berwisata.

Kemudian, terinspirasi dari Sendratari Ramayana yang ada di Candi Prambanan, Jawa Tengah, dia kemudian mengusulkan sendratari yang mengangkat budaya Suku Dayak.

Semua pihak setuju dengan ide itu. Selanjutnya, dikumpulkanlah pelaku seni di Kalteng terutama sanggar-sanggar yang selama ini berdiri sendiri.

Setelah terkumpul sekitar 10 sanggar dari puluhan sanggar, tercetuslah ide untuk menampilkan sendratari Tambun dan Bungai. Tokoh Tambun dan Bungai dinilai sebagai manusia setengah dewa bagi Suku Dayak.

Karena memiliki berbagai versi cerita, para pelaku senipun harus melakukan studi kepada tokoh-tokoh adat Suku Dayak. Pada akhirnya, didapatlah sebuah alur cerita dari sisi heroik Tambun dan Bungai.

"Dirumuskanlah oleh seniman tari dan drama, singkat cerita, terciptalah sendratari Tambun dan Bungai," paparnya.

Diskusi dengan seluruh stakeholder terjadi sejak 28 Januari 2013. Kemudian pada awal 2014 terbentuklah gabungan sanggar yang akan menampilkan sendratari Tambun dan Bungai.

Penampilan perdana dilakukan di Hotel Swissbel Palangkaraya pada 25 April 2014. Meski sempat mundur sehari akibat cuaca buruk, masyarakat sangat antusias untuk menyaksikan atraksi budaya suku mereka di tanah kelahirannya.

Sebanyak 80 penampil terlibat dalam sendratari yang terdiri dari penari, pemusik, penyanyi, hingga desain panggung. Sendratari yang berdurasi 90 menit itu ditampilkan untuk kedua kalinya di Palangkaraya.

Nur mengungkapkan sendratari Tambun dan Bungai itu digelar di Bumi Pancasila Palangkaraya. Sendratari tersebut merupakan acara puncak dari tiga kegiatan yang digelar BI yakni edukasi keuangan, pameran museum BI, dan sosialisasi keaslian uang rupiah melalui sendratari Budaya Suku Dayak.

Edukasi keaslian rupiah telah diikuti oleh anak-anak sekolah dan masyarakat umum. Dia berharap, kegiatan itu dapat membuat masyarakat bangga menggunakan uang rupiah sekaligus bangga terhadap budaya Indonesia.

Penulis : Sukirno
Editor : Ismail Fahmi
Bagikan

Tags :


Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terkini

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Terpopuler

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro