BISNIS.com, JAKARTA—Bagi Anda pecinta kuliner tentu tak bisa melewatkan kesempatan ini. Negara bagian Australia, Victoria, menggelar pameran Food & Hotel Indonesia 2013. Tak hanya soal makanan, pengunjung juga ditawarkan bermitra usaha dengan negara tersebut.
Acara yang akan digelar di Jakarta International Expo, Kemayoran, pada 10--13 April 2013, itu akan diikuti oleh sebagian besar perusahaan makanan terkemuka asal Victoria. Perusahaan tersebut berkutat dalam produksi dan ekspor produk susu seperti butter, krim, keju, gelato, es krim dan makanan beku.
Selain itu, produk daging (sapi, kambing dan ungas), biji gandum, minyak zaitun, sayur dan produk terkait, buah dan kacang, seperti almond. Tak lupa ada produk minuman wine, pasta dan pesto, serta bahan mentah yang khusus dimiliki Victoria.
Selain itu, perusahaan-perusahaan jasa logistik dan pengiriman asal Negara Bagian Victoria juga berpartisipasi dalam Food & Hotel Indonesia 2013. Total terdapat 32 perusahaan yang akan ikut dalam pameran itu.
Victorian Commissioner to South East Asia Tim Dillon menyampaikan pameran Food & Hotel Indonesia menyajikan kesempatan yang besar dalam berbisnis antara pengusaha Victoria dan Indonesia yang berkecimpung dalam industri makanan nasional.
“Pameran ini telah terbukti menjadi landasan yang kuat dalam berjejaring dan membangun hubungan baru, formalisasi kemitraan serta pertukaran pengetahuan bisnis dan teknis. Kami berharap tahun 2013 ini dapat melanjutkan pencapaian yang telah ada,” ujarnya dalam siaran pers, Rabu (03/04).
Victoria merupakan eksportir makanan terbesar asal Australia. Ekspor produk hampir menjangkau seluruh dunia. Pencapaian tersebut didukung oleh iklim, tanah berkualitas tinggi dan air murni yang dimiliki oleh negara bagian tersebut.
Impor produk makanan Indonesia dari Australia, khusus Victoria, telah meningkat dalam beberapa tahun terakhir. Tahun lalu, impor makanan dari Victoria mencapai Rp4,5 triliun, mencapai 5% total ekspor negara itu Rp91,5 triliun.
Tim Dillon menambahkan Victoria merupakan ‘jembatan strategis’ bagi Indonesia dalam kebutuhan suplai produk makanan. Terutama dalam menjaga kelangsungan pasokan bagi masyarakat Indonesia yang mayoritas populasi kaum muda.
“Sebanyak 60% orang Indonesia berumur 39 tahun ke bawah)serta pertumbuhan kelas menengah yang diperkirakan mencapai 75 juta menjelang 2014,” ujarnya.